Manajemen Anestesi pada Operasi Revaskularisasi Miokardium
Abstract
Pada tahun 1997 di Amerika, setidaknya > 70.000 prosedur operasi jantung dilakukan tiap tahunnya, dan lebih dari 60.000 diantaranya adalah operasi coronary artery bypass grafting (CABG). Pembiusan pada operasi jantung merupakan suatu hal yang menarik sekaligus menantang bagi seorang ahli anestesi. Salah satu prinsip dasar dalam tindakan anestesi bedah revaskularisasi jantung adalah menjaga keseimbangan dua faktor penting, yakni menjaga pasokan suplai oksigen, dan menurunkan kebutuhan / demand oksigen. Persiapan pembiusan pada operasi jantung harus dilakukan dengan matang, mulai dari persiapan premedikasi, pilihan obat yang harus diberikan atau dihentikan, persiapan monitor baik invasif maupun non invasif. Induksi dilakukan dengan pengawasan monitor dan gejolak hemodinamik yang signifikan sebisa mungkin dihindari dengan pemilihan obat dan penyesuaian terhadap pasien. Setelah teranestesi, pasien yang mengalami prosedur opersi revaskularisasi koroner konvensional harus mengalami proses shunting aliran darah dengan alat cardiopulmonary bypass (CPB) yang bertujuan agar aliran darah dari seluruh tubuh tidak melewati aliran jantung paru. Menjelang operasi selesai, penyapihan CPB perlu dilakukan agar mendapatkan hasil postoperasi yang baik. Beberapa teknik dikembangkan untuk mengurangi lama waktu rawat operasi jantung koroner, yakni teknik fastrack dan offpump coronary artery bypass (OPCAB).
Copyright (c) 2017 Subhan yudihart, Bhirowo Yudo Pratomo, Juni Kurniawaty
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
The Contributor and the company/institution agree that all copies of the Final Published
Version or any part thereof distributed or posted by them in print or electronic format as permitted herein will include the notice of copyright as stipulated in the Journal and a full citation to the Journal.