Pertumbuhan Stek Cabang Bambu Petung (Dendrocalamus asper) pada Media Tanah, Arang Sekam dan Media Kombinasinya.
Adriana Adriana(1*), Widaryanti W. Winarni(2), Daryono Prehaten(3), Ganis Nawangsih(4)
(1) Bagian Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada Jl. Agro No. 1, Bulaksumur, Sleman 55281
(2) Bagian Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada Jl. Agro No. 1, Bulaksumur, Sleman 55281
(3) Bagian Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada Jl. Agro No. 1, Bulaksumur, Sleman 55281
(4) Bagian Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada Jl. Agro No. 1, Bulaksumur, Sleman 55281
(*) Corresponding Author
Abstract
Bambu petung banyak digunakan untuk bahan konstruksi bangunan karena sifatnya yang keras dan kuat. Pembiakan secara vegetatif menggunakan rimpang (rhizome), namun memiliki kelemahan, yaitu kesulitan dalam pembongkaran rumpun bambu. Oleh karena itu digunakan stek cabang,lebih praktis, bahan stekter sedia lebih banyak, mudah diperoleh, murah, tidak merusak rumpun asal, waktu pengambilan lebih cepat, dan pembentukan rumpun lebih mudah. Media pengakaran yang umum digunakan adalah top soil, namun pengadaan top soil dalam jumlah besar sulit, sehingga perlu dicari alternatif lain yaitu dengan mencampur media top soil dengan media lain. Media yang digunakan yaitu media tanah, arang sekam dan kombinasi tanah+arang sekam (2:1). Stek cabang bambu petung dengan umur pohon induk ± 2 tahun, diameter 2-3 cm dan panjang 2 ruas. Panjang tunas pada perlakuan media tanah, arang sekam dan kombinasi tanah+arang sekam menunjukkan berbeda di antara perlakuan. Jumlah tunas terbanyak terdapat pada perlakuan media arang sekam dan kombinasi tanah+arang sekam (3 tunas). Media campuran tanah+arang sekam menunjukkan panjang tunas terpanjang (37,11 cm), dan panjang akar terpanjang (17,5 cm). Media tanah dan arang sekam menunjukkan % berakar terbesar (86,67 %).
Kata kunci: stek cabang, bambu petung, media tanah, arang sekam, pembiakan vegetatif.
Growth of branches of petung bamboo (Dendrocalamus asper) grafting in soil media, husk charcoal, and their combination
Abstract
Recently, the utilization of bamboo is more extensive, but the attention towards its regeneration is not sufficient. The use of stem or branch cuttings are more practical and having more benefits and promising because the cutting materials are more available, easier to gain, cheaper, undamaging the source clump, faster in the taking time, and easier in the clump formation. The common rooting media used is top soil (the fertile part of upper layer soil). Recently, it is quite hard to provide top soil in a large number. Thus, it is important to find an alternative source in order to decrease the use of top soil that is by mixing the top soil media with other materials. The media used were soil media, husk charcoal, and the mixture of soil and husk charcoal (2:1). The branch cuttings used were branches of petung bamboo taken from 2 years old amboo, with 2-3 cm in diameter, and 2 nodus in length. The treatment was done by giving some variations in the soil media, the husk charcoal,and the mixture of soil and huskcharcoal. The mixture of soil and huskcharcoal media gave a significant influencet o the length of sprout variable,but it did not give significant influence to the number of sprout, the length of root, and the percentage of rooting.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
- Anonim. 2005. Kumpulan Berbagai Penelitian. Bagian Litbang Tebang Pilih Tanam Jalur PT. Sari Bumi Kusuma Camp Nanga Nuak, Kalimantan Tengah.
- Faridah E, Koranto ACD, & Suhardi. 1996. Pemanfaatan Limbah Sekam Padi untuk Pemupukan. Laporan Penelitian. UD. Padi Mulya dan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
- Gunawan LW. 1987. Teknik Kultur Jaringan. PAU Bioteknologi IPB, Bogor.
- Kurniaty R, B. Budiman & Suwartama M. 2010. Pengaruh media dan naungan terhadap mutu bibit suren (Toona sureni MERR.). Buletin Penelitian Hutan Tanaman 7(2), 77-80.
- Mashudi. 2009. Pengaruh Media dan Dosis Pupuk NPK terhadap Kemampuan Bertunas Pulai Darat (Alstonia angustiloba Miq.) dari 4 Populasi sebagai Bahan Stek. Tesis (Tidak Dipublikasikan). Fakultas Kehutanan Univrsitas Gadjah Mada,Yogyakarta.
- Motavalli P. 1997. Potting Soil and Other Growing Media. Soil Science Programs, College of Agriculture and Life Science. University of Guam, USA.
- Rao IVR, Rao IU & Najam F. 1992. Bamboo propagation through conventional and in vitro techniques. Dalam Rapid Propagation of Fast-Growing Woody Species. Baker FWG. (Ed.). Hlm. 41-56. CASAFA, Bristol.
- Sumarna A. 1987. Bambu. Angkasa, Bandung.
- Sumiasri NN & Indarto. 2001. Tanggap stek cabang bambu petung (Dendrocalamus asper) pada penggunaan berbagai dosis hormon IAA dan IBA. Jurnal Natur Indonesia 3(2), 121-128.
- Supriadi G & Valli I. 1988. Manual Persemaian ATA-267 Mechanized Nursery and Plantation Project in South Kalimantan (Indonesia-Finland). Penerbitan No. 52. Departemen Kehutanan Ditjen. Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Balai Teknologi Reboisasi, Banjarbaru.
- Tan L. 2008. Mengenal Bambu dan Manfaatnya terhadap Konservasi Alam, Konstruksi dan Kerajinan. http://irwantoshut.webs.com/bambu.html. (Tanggal akses 2 Maret 2011).
- Widiharih T. 2007. Estimasi Data Hilang pada Rancangan Acak Kelompok Lengkap. Jurusan Matematika FMIPA, Universitas Diponegoro, Semarang.
- Widjaja EA. 1997. Jenis-Jenis Bambu Endemik dan Konservasinya di Indonesia. Prosiding Seminar diselenggarakan bersama Perhimpunan Biologi Indonesia Cabang Lampung dan Universitas Lampung, Bandar Lampung.
DOI: https://doi.org/10.22146/jik.8572
Article Metrics
Abstract views : 6158 | views : 41715Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2014 Jurnal Ilmu Kehutanan
License URL: https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/
© Editorial Board Jurnal Ilmu Kehutanan
Faculty of Forestry, Universitas Gadjah Mada
Building D 2nd floor
Jl. Agro No 1, Bulaksumur, Sleman 55281
Phone. +62-274-512102, +62-274-550541, +62-274-6491420
Fax. +62-274-550541 E-mail : jik@ugm.ac.id
former website : jurnal.ugm.ac.id/jikfkt/
new website : jurnal.ugm.ac.id/v3/jik/
Indexed by:
Jurnal Ilmu Kehutanan is under the license of Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International