Karakteristik Petani dan Kontribusi Hutan Kemasyarakatan (HKm) Terhadap Pendapatan Petani di Kulon Progo

https://doi.org/10.22146/jik.34123

Indah Novita Dewi(1*), San Afri Awang(2), Wahyu Andayani(3), Priyono Suryanto(4)

(1) Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jl. Perintis Kemerdekaan KM 16, Makassar 90243
(2) Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada
(3) Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada
(4) Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada
(*) Corresponding Author

Abstract


Salah satu program yang dikeluarkan Kementerian Kehutanan terkait pemberdayaan masyarakat adalah program Hutan Kemasyarakatan (HKm), yang salah satunya berlokasi di Kabupaten Kulon Progo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi petani HKm Kulon Progo dan kontribusi HKm terhadap pendapatan petani. Penelitian dilakukan mulai November 2013 sampai dengan Februari 2014. Data dikumpulkan melalui survei dan wawancara kepada anggota kelompok tani dan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan petani HKm rata-rata berusia 53 tahun, pendidikan petani rendah karena 53% lulusan SD. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga 4 orang. Rata-rata luas lahan andil 2.128 m2 dan rata-rata luas lahan milik 2.947 m2 sehingga termasuk petani gurem. Tujuh puluh persen petani HKm hutan produksi dan 47,3% petani HKm hutan lindung masuk ke dalam kategori miskin sekali dan miskin. Kontribusi HKm pada pendapatan petani adalah 6,4% pada hutan produksi dan 4,8% pada hutan lindung. Kecilnya kontribusi dari HKm berimplikasi pada upaya peningkatan pendapatan petani melalui pengembangan potensi tanaman empon-empon dan umbi-umbian serta potensi wisata.

 

Characteristic of Farmer and Contribution of Community Forestry to Farmer’s Income in Kulon Progo

Abstract

One of the project that is held by Ministry of Forestry is Community Forestry (CF), which one is located in Kulon Progo. This research aim was to obtain the social-economic characteristic of CF farmers in Kulon Progo and to know the contribution of CF to their total earning. The data collection had been held from November 2013 until February 2014 and was collected by survey and interview to some members of CF groups. The data was analyzed by descriptive qualitative method. The results showed that the average of  farmer’s age was 53; farmer’s education was in a low level as 53% were graduated from elementary school. The average of family member were 4 persons. The average of CF land was 2.128 m2 and the average of farmers’s own land was 2.947 m2. That was meant that the farmer was near to be categorized as poor farmer. Seventy percent of farmers from production forest and 47.3% farmers from protected forest were categorized as very poor and poor. CF contribution towards farmer’s income was 6.4% in production forest and 4.8% in protected forest. The low contribution of CF implicated to improve farmer’s income through developing non-timber forest product asherbs and edible root and also potential for eco-tourism.


Keywords


CF contribution; community forestry; farmer’s income; Kulon Progo; socio-economics

Full Text:

PDF


References

Afandi WN. 2010. Identifikasi karakteristik rumah tangga miskin di Kabupaten Padang Pariaman. Tesis (tidak dipublikasikan). Univeristas Andalas. unand.ac.id/20447/1 Diakses Januari 2017.

Agunggunanto EY. 2011. Analisis kemiskinan dan pendapatan keluarga nelayan kasus di Kecamatan Wedung Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Indonesia. Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan 1(1):50-58.

Aji GB, Suryanto J, Yulianti R, Wirati A, Abdurrahim AY, Miranda TI. 2014. Strategi pengurangan kemiskinan di desa-desa sekitar hutan. Pengembangan model PHBM dan HKm. Laporan Penelitian. Pusat Penelitian Kependudukan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.

Andini NK, Nilakusmawati DPE, Susilawati M. 2013. Faktor-faktor yang memengaruhi penduduk lanjut usia masih bekerja. Piramida Jurnal Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia 9(1) :44-49.

Auesriwong A, Nilnoppakun A, Parawech W. 2015. Integrative participatory community based ecotourism at Sangkhom District, Nong Khai Province, Thailand. Procedia Economics and Finance 23: 778 – 782.

Awang SA. 1994. Studi kemiskinan di desa sekitar hutan dan upaya pengentasannya. Buletin MR 1: 21-30

Awang SA. 2004. Dekonstruksi sosial forestry: Reposisi masyarakat dan keadilan lingkungan. BIGRAF Publishing, Yogyakarta

Awang SA. 2006. Sosiologi pengetahuan deforestasi. Konstruksi sosial dan perlawanan. Debut Press, Yogyakarta.

Budiartiningsih R, Maulida Y, Taryono. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan keluarga petani melalui sektor informal di Desa Kedaburapat, Kecamatan Rangsang Barat, Kabupaten Bengkalis. Jurnal Ekonomi 18(1):79-93.

Djamhuri, TL. 2008. Community participation in a social forestry program in Central Java, Indonesia: The effect of incentive structure and social capital. Agroforestry Systems 74:83-96.

Ekawati S, Budiningsih K, Sylviani, Suryandari E, Hakim I. 2015. Kajian tinjauan kritis pengelolaan hutan di Pulau Jawa. Policy Brief. Vol 9, No. 1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial, Ekonomi, Kebijakan dan Perubahan Iklim, Bogor.

Galudra G, Buana Y, Khususiyah N. 2010. Mau melangkah ke mana pengelolaan hutan Sesaot? Brief No. 09 Policy Analysis Unit. World Agroforestry Center, Bogor.

Hardika. 2011. Transformasi pola matapencaharian petani: Strategi dan perilaku belajar petani di kawasan transisi dalam mengembangkan kehidupan. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran 18(1): 90-97

Hasiholan LB. 2015. Peran enterpreneur batik Semarang dalam mengangkat keunggulan lokal menyambut MEA 2015. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Kontemporer 1(1):42-54.

Kuuder CJW, Bagson E, Aalangdong IO. 2013. Livelihood enhancement through ecotourism: A case of Mognori ecovillage near Mole National Park, Damongo, Ghana. International Journal of Business and Social Science 4(4): 128-137.

Limberg G, Iwan R, Wollenberg E, Moeliono M. 2006. Peluang dan tantangan untuk mengembangkan hutan kemasyarakatan, pengalaman dari Malinau. Governance Brief No.15b. CIFOR, Bogor.

Manyamsari I, Mujiburrahmad. 2014. Karakteristik petani dan hubungannya dengan kompetensi petani lahan sempit. Agrisep 15(2): 58-74.

Maryudi A, Devkota RR, Schusser C, Yufanyi C, Salla M, Aurenhammer H, Rotchanaphatharawit R, Krott M. 2012. Back to basics: Considerations in evaluating the outcomes of community forestry. Forest Policy and Economics 14: 1-5.

Mubyarto. 1979. Pengantar ekonomi pertanian. LP3ES. Jakarta.

Mulyadin RM, Surati, Ariawan K. 2016. Kajian hutan kemasyarakatan sebagai sumber pendapatan: Kasus di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan 13(1):13-23.

Mustofa MS. 2011. Perilaku masyarakat desa hutan dalam memanfaatkan lahan di bawah tegakan. Jurnal Komunitas 3(1): 1-11

Nandini R. 2013. Evaluasi pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (HKm) pada hutan produksi dan hutan Lindung di Pulau Lombok. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 10(1): 43-55

Nurhasikin. 2013. Penduduk usia produktif dan ketenagakerjaan. http://kepri.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/DispForm.aspx?ID=144. Diakses Januari 2015.

Palmolina M. 2014. Peranan hasil hutan bukan kayu dalam pembangunan hutan kemasyarakatan di Perbukitan Menoreh (Kasus di Desa Hargorejo, Kokap. Kulon Progo, D.I. Yogyakarta). Jurnal Ilmu Kehutanan 8(2): 120-127

Rochmayanto Y, Sasmita T. 2005. Peluang dan hambatan pengembangan HKm di Koto Panjang, Riau : Pendekatan sosiologis. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan 2(3):279-289.

Saadah S. 1990. Masyarakat petani, matapencaharian sambilan dan kesempatan kerja di Kelurahan Cakung Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktur Jenderal Kebudayaan. Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional. Proyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya.

Sanudin, Awang SA, Sadono R, Purwanto RH. 2016. Perkembangan hutan kemasyarakatan di Provinsi Lampung. Jurnal Manusia dan Lingkungan 23(6): 276-283.

Sayogyo. 1988. Garis kemiskinan dan ukuran tingkat kesejahteraan penduduk. Lokakarya Pembinaan dan Pengembangan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Menyongsong Masa Depan Jurusan Ekonomi Pertanian dan Partisipasinya dalam Pembangunan. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Sepsiaji D, Fuadi F. 2004. HKm meretas jalan. Konsorsium Pengembangan Hutan Kemasyarakatan (KPHKm) Kabupaten Gunungkidul. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Storey G, Marzuki A. 2002. Survei sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan (Contoh untuk perencanaan dan pelaksanaan di tingkat operasional) Berau Forest Management Project. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Suratiyah K. 2001. Pekerjaan luar usahatani (Kasus rumah tangga petani gurem di Jawa). Agro Ekonomi 8(2): 65-72

Suyanto S, Khususiyah N. 2006. Imbalan jasa lingkungan untuk pengentasan kemiskinan. Jurnal Agro Ekonomi 24(1):95-113.

Wollenberg E, Belcher B, Sheil D, Dewi S, Moeliono M. 2004. Mengapa kawasan hutan penting bagi penanggulangan kemiskinan di Indonesia? Governance Brief. CIFOR, Bogor.



DOI: https://doi.org/10.22146/jik.34123

Article Metrics

Abstract views : 29762 | views : 53854

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Copyright (c) 2018 Jurnal Ilmu Kehutanan

License URL: https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/


© Editorial Board Jurnal Ilmu Kehutanan
Faculty of Forestry, Universitas Gadjah Mada
Building D 2nd floor
Jl. Agro No 1, Bulaksumur, Sleman 55281
Phone. +62-274-512102, +62-274-550541, +62-274-6491420
Fax. +62-274-550541 E-mail : jik@ugm.ac.id
former website : jurnal.ugm.ac.id/jikfkt/
new website : jurnal.ugm.ac.id/v3/jik/

 

Indexed by:

 

Jurnal Ilmu Kehutanan is under the license of Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International