Perbandingan Induksi Propofol TCI Model Marsh Target Plasma 6 mcg/ml dan Bolus 2 mg/KgBB terhadap Keberhasilan Insersi LMA Supreme

  • Muhammad Iqbal Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
  • Yusmein Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mad
  • Calcarina Fitriani Retno Wisudarti Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada

Abstract

Latar belakang: Laryngeal Mask Airway (LMA) adalah peralatan minimal invasif manajemen jalan napas supra glottis. LMA supreme merupakan LMA generasi kedua dengan inovasi desain dan strukturnya bertujuan untuk kemudahan insersi, meminimalisir rotasi dan tertekuk. Keberhasilan insersi LMA supreme membutuhkan kedalaman anestesi adekuat untuk menghasilkan relaksasi rahang dan supresi refleks jalan napas yang optimal. Hingga saat ini belum pernah ada penelitian yang membandingkan teknik induksi propofol TCI
model Marsh target plasma 6 mcg/ml dengan bolus 2 mg/kgBB terhadap keberhasilan insersi LMA supreme.
Tujuan: Untuk mengetahui apakah teknik induksi propofol TCI model Marsh target plasma 6 mcg/ml memiliki keberhasilan insersi LMA supreme yang lebih tinggi dibanding bolus 2 mg/kgBB. Metode: Prospektif, uji acak terkendali pembutaan tunggal pada 60 pasien usia 18-60 tahun, status fisik ASA I atau II yang menjalani operasi elektif dengan teknik anestesi umum menggunakan LMA supreme. Dialokasikan secara random menjadi 2 kelompok, yaitu teknik induksi propofol TCI model Marsh target plasma 6 mcg/ml (n=30) dan bolus 2 mg/kgBB (n=30). Luaran primer adalah keberhasilan insersi, yaitu terpasangnya LMA pada usaha pertama tanpa menimbulkan pergerakan dan menghasilkan ventilasi yang adekuat. Luaran sekunder adalah respon hemodinamik saat terinduksi dan setelah insersi LMA serta kejadian
tidak diinginkan dari masing-masing kelompok.
Hasil: Didapatkan 2 pasien drop out di kelompok TCI dan 3 di kelompok bolus. Angka keberhasilan insersi LMA kelompok TCI lebih tinggi secara bermakna dibanding kelompok bolus, 89.3% vs 66.7% (p<0.05). Semua variabel respon hemodinamik kedua kelompok pada saat post induksi dan post insersi mengalami penurunan dari nilai awal dengan perbandingan penurunan kedua kelompok tidak bermakna secara statistik (p>0.05). Didapatkan kejadian tidak diinginkan berupa hipotensi sebanyak 1 kasus (3.6%) pada kelompok TCI dan 3 kasus (11.1%) pada kelompok bolus (p>0.05).
Kesimpulan: Angka keberhasilan insersi LMA supreme dengan induksi propofol teknik TCI model Marsh target plasma 6 mcg/ml lebih tinggi dibanding bolus 2 mg/kgBB.

Author Biographies

Yusmein , Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mad

Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Calcarina Fitriani Retno Wisudarti, Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada

Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan
Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Published
2019-08-01
How to Cite
Iqbal, M., Yusmein, & Wisudarti, C. F. R. (2019). Perbandingan Induksi Propofol TCI Model Marsh Target Plasma 6 mcg/ml dan Bolus 2 mg/KgBB terhadap Keberhasilan Insersi LMA Supreme. Jurnal Komplikasi Anestesi, 6(3), 7-15. https://doi.org/10.22146/jka.v6i3.7373