Manajemen Anestesi Regional pada Meigs Sindrom

  • Arif Supriyono Residen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK-UGM/RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
  • Yusmein Uyun Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUGM-RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta
Keywords: sindrom Meigs, efusi pleura, ascites, combine spinal-epidural

Abstract

Latar Belakang. Penatalaksanaan anestesi pada sindrom Meigs memerlukan pengertian dasar tentang patofisiologi yang terjadi pada pasien. Problem anestesi berkaitan erat dengan tiga kondisi pada sindrom Meigs ini. Adanya tumor ovarium, asites dan efusi pleura menjadi masalah utama disamping masalah lain durante operasi seperti perdarahan. Pemilihan jenis anestesi tergantung pada kompensasi respirasi dan kardiovaskular yang ditemukan pada pasien. Pemilihan anestesi regional didasarkan pada kompensasi kardiovaskular yang masih baik dan perlunya management nyeri paska operasi, karena manajemen nyeri yang tidak baik paska operasi meningkatkan morbiditas pasien. Nyeri yang tidak terkontrol dengan baik paska operasi pada pasien dengan komorbid efusi pleura akan memperberat kompensasi respirasi.

Kasus. Dilaporkan perempuan 55 tahun dengan diagnosis Tumor padat ovarium dengan efusi pleura bilateral dilakukan operasi pengangkatan massa tumor dan Frozen section. Penilaian preoperatif pasien dengan status fisik ASA II dengan premorbid efusi pleura bilateral setinggi SIC dextra 7-8, SIC sinistra 8-9, ascites. Dilakukan anestesi regional dengan teknik Combine Spinal Epidural, sedasi dengan midazolam 2,5 mg + dexmedetomidine 45 mcg, maintenance durante operasi dengan dexmedetomidine infus drip 15 tpm mikro, ventilasi spontan dengan nasal kanul O2 3ltr/mnt. Operasi berlangsung 3 jam. Durante operasi hemodinamik stabil.

Published
2023-05-27
How to Cite
Arif Supriyono, & Yusmein Uyun. (2023). Manajemen Anestesi Regional pada Meigs Sindrom. Jurnal Komplikasi Anestesi, 1(2), 43-48. https://doi.org/10.22146/jka.v1i2.5539