Perbandingan Kejadian Nyeri Tenggorok Paska Ekstubasi Akibat Penggunaan Pipa Endotrakea (Cu􏰂 diukur menggunakan manometer dan perkiraan palpasi)

  • Ruth Sally Residen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK-UGM/RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
  • Yunita Widyastuti Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUGM-RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta
  • Untung Widodo Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUGM-RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta
Keywords: pipa endotrakeal, nyeri tenggorok, estimasi palpasi, manometer

Abstract

Latar Belakang. Salah satu efek samping intubasi endotrakeal adalah nyeri tenggorok. Penyebab utama nyeri tenggorok adalah trauma pada mukosa faringeal akibat langingoskopi, dan tekanan cuff endotrakeal. Ada beberapa cara mengurangi terjadinya nyeri tenggorok antara lain mengendalikan tekanan intra cuff. Metode. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kejadian nyeri tenggorok pasca ekstubasi pada pengukuran tekanan cuff menggunakan manometer dan dengan palpasi. Disain penelitian uji klinis secara acak buta ganda (double blind randomized controlled trial). Pasien yang disertakan dalam penelitian ini pasien yang menjalani operasi elektif dengan anestesi umum di GBST RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, laki- laki dan perempuan, 18-60 tahun dan status fisik ASA I-II. Sejumlah 150 pasien dibagi dalam 2 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 75 pasien. Kelompok A: kelompok dimana balon cuff diberi tekanan 20 cmH2O dengan manometer dan kelompok B: kelompok yang cuff-nya diisi udara yang diperkirakan tekanan 20 cm H2O dengan palpasi. Sebelum ekstubasi di lakukan pengukuran tekanan cuff pada kedua kelompok. Karena ada kejadian 2 drop out pada subjek penelitian, maka yang dapat melanjutkan penelitian berjumlah 148 pasien.

Hasil. Angka kejadian nyeri tenggorok setelah sadar penuh, 2 jam post operasi pada kedua kelompok tidak ada perbedaan bermakna (p>0,05), untuk 6 jam, 24 jam post operasi pada kedua kelompok terdapat perbedaan bermakna (p<0,05). Untuk nyeri tenggorok setelah sadar penuh pada kelompok A: 10 pasien (13,3%), kelompok B: 18 pasien (24,7%). Angka kejadian nyeri tenggorok 2 jam pasca operasi untuk kelompok A: 8 pasien (10,7%), kelompok B: 16 pasien (21,9%). Angka kejadian nyeri tenggorok pasca operasi 6 jam untuk kelompok A: 4 pasien (5,3%), kelompok B: 13 (17,8%).Sedangkan angka kejadian nyeri tenggorok 24 jam pasca operasi kelompok A: 2 pasien (2,7%), kelompok B: 10 pasien (13,7%), (p<0.05)

Kesimpulan. A ngka kejadian nyeri tenggorok pasca operasi dengan anestesi umum dengan menggunakan pipa endotrakeal yang tekanan cuff nya diukur dengan manometer lebih kecil dibandingkan dengan tekanan cuff nya diukur dengan perkiraan palpasi.

Published
2023-05-27
How to Cite
Ruth Sally, Yunita Widyastuti, & Untung Widodo. (2023). Perbandingan Kejadian Nyeri Tenggorok Paska Ekstubasi Akibat Penggunaan Pipa Endotrakea (Cu􏰂 diukur menggunakan manometer dan perkiraan palpasi). Jurnal Komplikasi Anestesi, 1(2), 15-24. https://doi.org/10.22146/jka.v1i2.5536