Risk Factors of Lymphatic Filariasis in Manokwari, West Papua
Yehud Maryen(1*), Hari Kusnanto(2), Citra Indriani(3)
(1) Polytechnic of Health, Sorong, West Papua, Indonesia
(2) Field Epidemiology Training Program, Faculty of Medicine, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia.
(3) 3Field Epidemiology Training Program, Faculty of Medicine, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia.
(*) Corresponding Author
Abstract
Introduction: Lymphatic filariasis is parasitic disease caused by three worm species, Brugia malayi, Brugia timori, and Wuchereria bancrofti. The prevalence of lymphatic filariasis in Indonesia is still high with microfilaria rate 3.1%. The highest rate is found in Papua, Aceh, Maluku, and NTT with the range from 6.9% to 11.6 % in 2001. Microfilaria rate is documented 7.3% in Manokwari Regency. However, the risk factors associated with lymphatic filariasis there is still unclear.
Objectives: The aim of this study is to determine the risk factors associated with lymphatic filariasis in Manokwari Regency, West Papua
Methods: This study was observational analytic study, with case control design. One hundred forty four persons were enrolled in this study, 72 persons as case group and 72 persons as control group. The risk factors data were collected by direct interview analyzed by bivariate and multivariate analysis.
Results: Living near swamp [OR (95%CI), 5.8 (2.3-14.2); p < 0.001], low income [OR (95%CI), 4.8 (1.8-12.9); p = 0.002), low level of knowledge [OR (95%CI), 3.4(1.4-8.6); p = 0,009], not using mosquito bed net [OR (95%CI), 4.6(2.0-10.8); p < 0.001], and minimal clothing [OR (95%CI), 4.1(1.8-9.8); p = 0,001], were associated with lymphatic filariasis in Manokwari Regency.
Conclusion: Risk of factor lymphatic filariasis Manokwari Regency, West Papua Province, are living near swamp, low income, low level of knowledge, not using mosquito bed net, and minimal clothing.
Keywords: Risk factor, filariasis, Manokwari, West Papua
INTISARI
Pendahuluan: Filariasis limfatik adalah penyakit parasitik yang disebabkan oleh tiga spesies cacing, yaitu Brugia malayi, Brugia timori, dan Wuchereria bancrofti. Prevalensi filariasis limfatik di Indonesia tergolong tinggi dengan angka mikrofilaria sebesar 3,1%. Angka tertinggi dijumpai di Papua, Aceh, Maluku, dan NTT dengan rentang antara 6,9% sampai 11,6 % pada tahun 2001. Angka mikrofilaria sebesar 7,3% dilaporkan di Kabupaten Manokwari. Namun, faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan kejadian filariasis limfatik di sana masih belum jelas.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan kejadian filariasis limfatik di Kabupaten Manokwari, Propinsi Papua Barat.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik obeservasional dengan rangcangan kasus control. Seratus empat puluh empat orang diikutkan dalam penelitian ini, terbagi atas 72 orang dalam kelompok kasus, dan 72 orang dalam kelompok control. Data faktor risiko diperoleh dengan wawancara langsung dan diolah dengan analisis bivariat dan multivariate.
Hasil: Hidup dekat rawa [OR (95%CI), 5.8 (2.3-14.2); p < 0.001], pendapatan rendah [OR (95%CI), 4.8 (1.8-12.9); p = 0.002), tingkat pengetahuan rendah [OR (95%CI), 3.4(1.4-8.6); p = 0,009], tidak menggunakan kelambu [OR (95%CI), 4.6(2.0-10.8); p < 0.001], dan memakai pakaian terbuka [OR (95%CI), 4.1(1.8-9.8); p = 0,001], berkaitan dengan filariasis limfatik di Kabupaten Manokwari.
Simpulan: Faktor-faktor risiko filariasis limfatik di Kabupaten Manokwari, Propinsi Papua Barat, adalah hidup dekat rawa, pendapatan rendah, tingkat pengetahuan rendah, tidak menggunakan kelambu, dan memakai pakaian terbuka.
Kata kunci: Faktor risiko, filariasis, Manokwari, Papua Barat
Keywords
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.22146/tmj.37186
Article Metrics
Abstract views : 4130 | views : 4369Refbacks
- There are currently no refbacks.
View My Stats