Rudy S
* Corresponding Author Program Studi Prostodonsia, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta Indonesia
Endang Wahyuningtyas Departemen Prostodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Indonesia
Titik Ismiyati Departemen Prostodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Indonesia
Rudy S(1*), Endang Wahyuningtyas(2), Titik Ismiyati(3)
(1) Program Studi Prostodonsia, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta (2) Departemen Prostodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (3) Departemen Prostodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (*) Corresponding Author
Abstract
Keganasan sering kali terjadi di daerah rongga mulut dan biasanya dirawat melalui tindakan hemimaksilektomi. Tindakan hemimaksilektomi menimbulkan adanya defek yang membuat adanya celah antara rongga mulut dan rongga nasal, sehingga menyebabkan penderita kesulitan saat melakukan fungsi normal seperti menelan dan berbicara. Peran prostodontis dalam menangani adanya defek pada maksila adalah merehabilitasi struktur intra dan ekstra oral untuk memulihkan fungsi normal pengunyahan, fonetik, proses penelanan, dan estetika. Masalah utama rehabilitasi defek yang besar pada maksila adalah berat protesa, sehingga protesa tidak retentif. Tujuan dari laporan kasus ini adalah pembuatan obturator definitif dengan hollow bulb untuk merehabilitasi fungsi pengunyahan, fonetik, proses penelanan, dan estetika. Kasus pasien wanita 24 tahun, tersisa gigi 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, dan 18 disertai dengan defek pada maksila sebelah kiri pasca hemimaksilektomi dengan klasifikasi Aramany klass I. Perawatan yang dipilih adalah pembuatan obturator definitif dengan two-piece hollow bulb dari bahan resin akrilik. Kesimpulan dari laporan kasus ini adalah obturator definitif dengan two-piece hollow bulb dari bahan resin akrilik dapat merehabilitasi defek pada maksila pasca hemimaksilektomi sehingga mengembalikan fungsi pengunyahan, fonetik, proses penelanan, dan estetika.
1. Jalan S, Barmaan J. Rehabilitation of hemimaxillectomy patient with definite hollow characterized obturator prosthesis. Int J Oral Care Res. 2016; 4: 216‑219.
2. Beumer J, Curtis TA, Marunick MT. Maxillofacial Rehabilitation: Prosthodontic and Surgical Consideration. 2nd ed. St. Louis: Ishiyaku Euroamerica Inc. 1996; 225‑247.
3. Aramany MA. Basic principles of obturator design for partially edentulous patients. Part I: Classification. J Prosthet Dent. 1978; 40: 554‑557.
4. Aramany MA. Basic principles of obturator design for partially edentulous patients: Part I: Design principles. J Prosthet Dent. 1978; 40: 656‑662.
5. Wu YL, Schaaf NG. Comparison of weight reduction in different designs of solid and hollow obturator prostheses. J Prosthet Dent. 1989; 62: 214-217.
6. Sapna R, Sakshi G, Mahest V. Hollow bulb one pice maxillary definitive obturator – a simplified approach. Contemporary clinical dentistry. 2017; 8(1): 167–170
7. Gregory RP, Greggory ET, Arthur OR. Prosthodontic principles in the framework design of maxillary obturator prostheses. J Prosthetic Dent. 2005; 91: 405-411
8. Suryakant CD, Sneha SM, Dinesh N, Gunjan D, Pushkar G, Ashish D. A direct investment method of closed two-piece hollow bulb obturator. Case report in dentistry. 2013; 2013: 1-6