MIGRASI DAN PEMBANGUNAN REGIONAL ANTARA MITOS DAN REALITAS : PROSPEKTIF TEORI, KONDISI EMPIRIK INDONESIA DAN PROSPEKNYA DALAM ERA OTONOMI DAERAH
R. R. Rijanta(1*)
(1) Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
(*) Corresponding Author
Abstract
ABSTRAK Tulisan ini bertujuan (I). Memetakan keragaman pandangan teoretik atas hubungan antara migrasi dan pembangunan, (2). Membukaikan secara empirik hubungan antara migrasi dan pembangunan di Indonesia dan (3). Memberikan penilaian alas prospek migrasi dalam pembangunan pada era otonomi daerah.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut dilakukan kajian terhadap teori-teori yang relevan memberikan penjelasan antara migrasi dan pembangunan untuk menjelaskan keragaman teori tentang hubungan antara migrasi dan pembangunan. Analisis data sekunder dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel migrasi dan variabel-variabel pembangunan regional di Indonesia dalam rangka menguji secara empirik hubungan antara migrasi dan pembangunan regional.
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara teoretik terdapat dua pandangan yang berseberangan tentang hubungan antara migrasi dan pembangunan, yaitu pandangan ekonomi neo-klasik dan pandangan historic struktural. Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki kebijakan migrasi yang berakar pada pandangan ekonomi neo-klasik. Pandangan ini percaya bahwa migrasi bernilai positif dalam pembangunan regional, sehingga kebijakan-kebijakan kependudukan di Indonesia umumnya cenderung pro-migrasi. Sementara int pada tingkat empirik pola migrasi di Indonesia sampai pertengahan I990an dan bahkan sampai kini masih bersifat Jakarta sentris, sehingga dampaknya cenderung semakin memperkuatkesenjangan antar wilayahyang sudah ada.
Hasil korelasi menunjukkan bahwa migrasi memiliki hubungan positzf terhadap lapangan kerja sektor-sektor modern dan negatifterhadap sektor pertanian. Selain itu migrasi secara konsisten berhubungan negahf dengan nilai produk domestik regional brutto (PDRB) sektor pertanian dan tidakmemiliki hubungan yangjelas terhadap PDRB sektor-sektor modern yang lain, kecuali sektor perbankan. Ini berarti migrasi berperan panting dalam msnciptakan kesempatan kerja, tetapi belum memiliki kontribusi yang bermakna dalam peningkatan kapasitas produksi daerah. Dalam era otonomi daerah migrasi diperlukan terutama di wilayah-wilayah yang bertipe resource frontier di mana sumberdaya alam yang ada masih cukup besar sementara sumberdaya manusia untukmengolahnya tidak tersedia setempat.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut dilakukan kajian terhadap teori-teori yang relevan memberikan penjelasan antara migrasi dan pembangunan untuk menjelaskan keragaman teori tentang hubungan antara migrasi dan pembangunan. Analisis data sekunder dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel migrasi dan variabel-variabel pembangunan regional di Indonesia dalam rangka menguji secara empirik hubungan antara migrasi dan pembangunan regional.
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara teoretik terdapat dua pandangan yang berseberangan tentang hubungan antara migrasi dan pembangunan, yaitu pandangan ekonomi neo-klasik dan pandangan historic struktural. Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki kebijakan migrasi yang berakar pada pandangan ekonomi neo-klasik. Pandangan ini percaya bahwa migrasi bernilai positif dalam pembangunan regional, sehingga kebijakan-kebijakan kependudukan di Indonesia umumnya cenderung pro-migrasi. Sementara int pada tingkat empirik pola migrasi di Indonesia sampai pertengahan I990an dan bahkan sampai kini masih bersifat Jakarta sentris, sehingga dampaknya cenderung semakin memperkuatkesenjangan antar wilayahyang sudah ada.
Hasil korelasi menunjukkan bahwa migrasi memiliki hubungan positzf terhadap lapangan kerja sektor-sektor modern dan negatifterhadap sektor pertanian. Selain itu migrasi secara konsisten berhubungan negahf dengan nilai produk domestik regional brutto (PDRB) sektor pertanian dan tidakmemiliki hubungan yangjelas terhadap PDRB sektor-sektor modern yang lain, kecuali sektor perbankan. Ini berarti migrasi berperan panting dalam msnciptakan kesempatan kerja, tetapi belum memiliki kontribusi yang bermakna dalam peningkatan kapasitas produksi daerah. Dalam era otonomi daerah migrasi diperlukan terutama di wilayah-wilayah yang bertipe resource frontier di mana sumberdaya alam yang ada masih cukup besar sementara sumberdaya manusia untukmengolahnya tidak tersedia setempat.
Keywords
Migrasi; Pembangunan Regional Indonesia; Otonomi Daerah
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)DOI: https://doi.org/10.22146/mgi.13253
Article Metrics
Abstract views : 10529 | views : 12144Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2016 Majalah Geografi Indonesia
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Volume 35 No 2 the Year 2021 for Volume 39 No 1 the Year 2025
ISSN 0215-1790 (print) ISSN 2540-945X (online)
Statistik MGI