DEPOPULASI DAN TEKANAN PENDUDUK TERHADAP LAHAN DI DAERAH PERDESAAN : STUDI DETERMINAN REGIONAL DEPOPULASI PERDESAAN DAN KONSEKUENSINYA PADA TEKANAN PENDUDUK ATAS LAHAN DI PERDESAAN KABUPATEN BANTUL
R. Rijanta(1*), Bambang Sriyanto Eko Prakoso(2)
(1) Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
(2) Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
(*) Corresponding Author
Abstract
ABSTRAK Depopulasi perdesaan atau menurunnya jumlah absolut penduduk perdesaan merupakan fenomena baru dalam sejarah kependudukan Indonesia. Fenomena ini mulai terlihat nyata di DIY sejak tahun 1990an. Sejauh ini belum ada penelitian yang menelaah hubungan antara depopulasi perdesaan sebagai wujud perubahan perilaku reproduksi dan migrasi penduduk di satu pihak dengan arah dan intensitas penggunaan lahan perdesaan di lain pihak sebagai wujud perubahan lingkungan binaan. Selanjutnya pertanyaan tentang konsekuensi depopulasi terhadap perbaikan kesejahteraan penduduk perdesaan juga penting dicari jawabannya, sebab selama ini berbagai kebijakan kependudukan umumnya berasumsi jumlah penduduk yang kecil merupakan prakondisi untuk meningkatkan kesejahteraan. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1)menyusun tipologi daerah perdesaan menurut tingkat depopulasinya, (2)mengenal determinan-determinan depopulasi perdesaan pada tingkat regional. Selanjutnya berdasarkan tipologi yang tersusun akan dilakukan penelitian pada tingkat rumahtangga untuk mengetahui (1)faktor-faktor internal pada tingkat rumahtangga yang mendorong terjadinya depopulasi, (2)konsekuensi depopulasi perdesaan pada intensitas dan orientasi penggunaan lahan perdesaan pada tingkat rumahtangga, dan (3) konsekuensi depopulasi perdesaan pada tingkat kesejahtraan rumahtangga. Studi penyusunan tipologi perdesaan menurut tingkat depopulasinya akan memanfaatkan data sekunder BPS dan data primer disertai observasi lapangan dengan teknik rapid rural appraisal (RRA). Dalam penyusunan tipologi perdesaan dan pengenalan determinan depopulasi perdesaan pada tingkat regional digunakan metode pemetaan dan tumpang-susun peta dalam rangka mengenali hbungan relasional secara spasial dengan bantuan teknologi Sistem Informasi Geografi (GIS). Survai rumahtangga dilakukan pada desa-desa yang dipilih berdasarkan hasil tipologi di atas. Survai rumahtangga ini diperlukan untuk menjelaskan berbagai faktor internal yang mendorong rumahtangga perdesaan mengalami depopulasi dan mengenali konsekuensi depopulasi perdesaan pada intensitas dan orientasi penggunaan lahan. Analisis statistic baik yang bersifat deskriptif maupun relasional akan dipergunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keruangan wilayah perdesaan di Kabupaten Bantul yang mengalami depopulasi berbentuk dua buah gugus, yaitu : (a)satu gugus besar di wilayah dataran rendah yang meliputi Kecamatan Tirtohargo, Srigading, Bambanglipuro, Srandakan, Pundong, dan sebagian Imogiri dan (b)satu buah gugus kecil di sekitar Kecamatan Dlingo. Terdapat empat macam faktor yang menentukan fisik alamiah yang berupa kerentanan wilayah terhadap bencana alam banjir dan kekeringan, (b) tingkat pendidikan masyarakat yang relatif tinggi, (c)isolasi wilayah yang tercermin dari sulitnya interaksi dengan Kota Yogyakarta sebagai pusat penyedia kesempatan kerja non-pertanian serta, (d)terjadinya migrasi keluar yang besar sebagai akibat dari sempitnya kemungkinan melakukan mobilitas non-permanen ke kota secara efisien. Depopulasi perdesaan pada tingkat rumahtangga terjadi karena rendahnya tingkat kelahiran dan kematian selama lima belas tahun terakhir disertai dengan tingkat migrasi keluar yang tinggi pula. Menurunnya jumlah absolut penduduk perdesaan pada tingkat rumahtangga ditangkap sebagai peluang untuk melonggarkan tekanan subsistensi dalam rangka menuju komersialiasi pertanian pada skala usaha yang amat kecil. Konsekuensinya depopulasi perdesaan tidak diikuti dengan penurunan tekanan penduduk atas lahan, tetapi sebaliknya justru diikuti dengan peningkatan intensitas tanam penggunaan masukan dan teknologi modern serta pemanfaatan tenaga kerja luar keluarga sebagai suplemen kecilnya jumlah tenaga kerja rumahtangga. Meskipun secara sosial-ekonomi depopulasi telah mampu mengantarkan masyarakat pada tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi, namun keberlanjutan kegiatan komersialiasi ini perlu dipertanyakan.
Keywords
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.22146/mgi.13242
Article Metrics
Abstract views : 8964 | views : 24Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2016 Majalah Geografi Indonesia
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Volume 35 No 2 the Year 2021 for Volume 39 No 1 the Year 2025
ISSN 0215-1790 (print) ISSN 2540-945X (online)
Statistik MGI