NYALAP-NYAUR: MODEL TATAKELOLA PERGELARAN WAYANG JEKDONG DALAM HAJATAN TRADISI JAWATIMURAN

https://doi.org/10.22146/jh.1060

Wisma Nugraha Christianto Rich(1*)

(1) 
(*) Corresponding Author

Abstract


Pergelaran Wayang Jekdong di komunitas tradisi Jawatimuran hidup subur dalam kebiasaan penyelenggaraan hajatan. Hajatan dilaksanakan oleh individu, keluarga, kelompok keluarga, lembaga dusun, dan/atau desa. Wayang Jekdong adalah seni pertunjukan wayang kulit purwa yang hidup dan berkembang dari rakyat untuk rakyat desa dan kampung di Jombang, Majakerta, Sidoarjo, Gresik, Surabaya, Pasuruan, Lamongan, dan Malang. Kelangsungan praktik hajatan dan pergelaran Wayang Jekdong didukung oleh tradisi buwuhan (sumbang-menyumbang) dengan sistem nyalap-nyaur (memberi dan mengembalikan). Oleh karena itu, tata kelola modal sosial berperan strategis bagi dalang dalam mengembangkan kelangsungan pergelaran Wayang Jekdong. Demikian pula halnya dengan anggota masyarakat Jawatimuran yang masih melembagakan penyelenggaraan hajatan senantiasa mengelola modal sosialnya demi resiprositas dan solidaritas sosial.

Kata Kunci: Wayang Jekdong, hajatan, nyalap-nyaur, modal sosial, resiprositas


Full Text:

PDF



DOI: https://doi.org/10.22146/jh.1060

Article Metrics

Abstract views : 2142 | views : 2689

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Copyright (c) 2012 Wisma Nugraha Christianto Rich

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.