NYALAP-NYAUR: MODEL TATAKELOLA PERGELARAN WAYANG JEKDONG DALAM HAJATAN TRADISI JAWATIMURAN
Wisma Nugraha Christianto Rich(1*)
(1) 
(*) Corresponding Author
Abstract
Pergelaran Wayang Jekdong di komunitas tradisi Jawatimuran hidup subur dalam kebiasaan penyelenggaraan hajatan. Hajatan dilaksanakan oleh individu, keluarga, kelompok keluarga, lembaga dusun, dan/atau desa. Wayang Jekdong adalah seni pertunjukan wayang kulit purwa yang hidup dan berkembang dari rakyat untuk rakyat desa dan kampung di Jombang, Majakerta, Sidoarjo, Gresik, Surabaya, Pasuruan, Lamongan, dan Malang. Kelangsungan praktik hajatan dan pergelaran Wayang Jekdong didukung oleh tradisi buwuhan (sumbang-menyumbang) dengan sistem nyalap-nyaur (memberi dan mengembalikan). Oleh karena itu, tata kelola modal sosial berperan strategis bagi dalang dalam mengembangkan kelangsungan pergelaran Wayang Jekdong. Demikian pula halnya dengan anggota masyarakat Jawatimuran yang masih melembagakan penyelenggaraan hajatan senantiasa mengelola modal sosialnya demi resiprositas dan solidaritas sosial.
Kata Kunci: Wayang Jekdong, hajatan, nyalap-nyaur, modal sosial, resiprositas
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.22146/jh.1060
Article Metrics
Abstract views : 2142 | views : 2689Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2012 Wisma Nugraha Christianto Rich
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.