High Risk Period (HRP) Kasus Penyakit Mulut dan Kuku Pasca Wabah pada Peternakan Sapi Perah di Kabupaten Malang

https://doi.org/10.22146/jsv.91219

Chaerul Basri(1*), Atsmarina Widyadhari(2), Etih Sudarnika(3)

(1) School of Veterinary Medicine and Biomedicine (SKHB), IPB University
(2) School of Veterinary Medicine and Biomedicine (SKHB), IPB University
(3) School of Veterinary Medicine and Biomedicine (SKHB), IPB University
(*) Corresponding Author

Abstract


Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) merupakan penyakit ternak yang sangat merugikan secara ekonomi. Perhitungan periode berisiko atau high risk period (HRP) akan membantu otoritas veteriner untuk melakukan pelacakan secara efisien potensi wabah sekunder atau penyebaran virus dari kasus indeks. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perhitungan HRP pada peternakan sapi perah di Kabupaten Malang berdasarkan variabel 1) pengetahuan peternak mengenali gejala klinis PMK, 2) waktu pelaporan peternak, 3) waktu petugas datang menangani pelaporan, dan 4) waktu yang dibutuhkan untuk konfirmasi uji laboratorium. Survei dilakukan pada 126 peternak pada bulan Juli-Agustus 2023. Ukuran sampel dihitung berdasarkan asumsi tingkat kepercayaan 95%, prevalensi dugaan 13%, tingkat kesalahan 6% menggunakan software WinEpiscope 2.0. Data dianalisis secara deskriptif. Peternak sapi perah di Kabupaten Malang memiliki pengetahuan yang baik tentang gejala klinis PMK meski ada beberapa ciri yang luput dan perlu ditingkatkan pemahamannya. Sebanyak 98% peternak segera melakukan pelaporan setelah mengamati adanya gejala klinis PMK pada ternaknya. Kecepatan petugas dalam menanggapi pelaporan sudah baik yakni seketika pada hari pelaporan dilaporkan dan pengujian laboratorium yang segera dilakukan untuk mengonfirmasi penyakit PMK dapat membuat probabilitas HRP 7 hari 91% (SK: 0,87-0,95),  HRP 14 hari 7% (SK: 0,04-0,11) dan HRP 21 hari 2% (SK: 0,01-0,05). Pengetahuan mengenai gejala klinis dan kesadaran peternak dalam melakukan pelaporan PMK di Kabupaten Malang sudah baik, namun perlu ditingkatkan. Upaya peningkatan peran peternak dalam deteksi dini dapat dilakukan dengan intervensi berupa penyuluhan dan membangun kedekatan dengan petugas lapangan.

Keywords


Deteksi dini; HRP; Pelaporan; PMK

Full Text:

PDF


References

Ajdid RMA. (2020). Penyakit mulut dan kuku: penyakit hewan eksotik yang harus diwaspadai masuknya ke Indonesia. WARTAZOA. 30(2): 61-70. doi: 10.14334/wartazoa.v30i2.2490.

Anonim. (2020). Kabupaten Malang Satu Data Edisi 2020. Malang: Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Malang.

Anonim. (2022). Statistik Daerah Kabupaten Malang 2022. Malang: BPS Kabupaten Malang.

Antoine-Moussiaux N, Janssens de Bisthoven L, Leyens S, Assmuth T, Keune H, Jakob Z, Hugé J, Vanhove MPM. (2019). The good, the bad and the ugly: framing debates on nature in a One Health community. Sustain Sci. 14(6): 17291738. doi: 10.1007/s11625-019-00674-z.

Arjkumpa O, Yano T, Prakotcheo R, Sansamur C, Punyapornwithaya V. (2020). Epidemiology and national surveillance system for foot and mouth disease in cattle in Thailand during 2008-2019. Vet. Sci. 7: 99112. doi:10.3390/vetsci7030099.

Auty H, Mellor D, Gunn G, Boden LA. (2019). The risk of foot and mouth disease transmission posed by public access to the countryside during an outbreak. Front Vet Sci. 6: 381393. doi: 10.3389/fvets.2019.00381.

Bellet C, Vergne T, Grosbois V, Holl D, Roger F, Goutard F. (2012). Evaluating the efficiency of participatory epidemiology to estimate the incidence and impacts of foot-and-mouth disease among livestock owners in Cambodia. Acta. Trop. 123(1): 3138. doi: 10.1016/j.actatropica.2012.03.010.

Boklund A, Mortensen S, Johansen MH, Halasa T. (2017). Resource estimations in contingency planning for foot-and-mouth disease. Front. Vet. Sci. 4: 6475. doi: 10.3389/fvets.2017.00064.

Bouma A, Elbers AR, Dekker A, de Koeijer A, Bartels C, Vellema P, van der Wal P, van Rooij EM, Pluimers FH, de Jong MC. (2003). The foot and mouth disease epidemic in the Netherlands in 2001. Prev. Vet. Med. 57: 155–221. doi: 10.1016/S0167-5877(02)00217-9.

Bulu PM, Wera E, Kaka HL. (2020). Manajemen kesehatan ternak babi yang berdampak pada penyebaran african swine fever di kupang, nusa tenggara timur. J veteriner. 23(4): 558565. doi: 10.19087/jveteriner.2022.23.4.558.

Crisis Center Siaga PMK. (2023). Informasi Penanggulangan Dan Tindakan Pencegahan Wabah PMK. http: https://siagapmk.crisis-center.id/index.php [diakses 25 Juli 2023].

Direktorat Kesehatan Hewan, Kementrian Pertanian. (2022). Pedoman Kesiagaan Darurat Veteriner Indonesia Seri: Penyakit Mulut dan Kuku (KIAT VETINDO PMK) Edisi 3.1. Jakarta: Kementerian Pertanian.

Gibbens JC, Sharpe CE, Wilesmith JW, Mansley LM, Michalopoulou E, Ryan JB, Hudson M. (2001). Descriptive epidemiology of the 2001 foot-and-mouth disease epidemic in Great Britain: the first five months. Vet Rec. 149(24): 729–772. PMID: 11808655.

Hiesel JA, Kopacka I, Fuchs R, Schobesberger H, Wagner P, Loitsch A, Kofer J. (2016). Epidemiological evaluation of different FMD control strategies in two selected regions in Austria. Berl Münch Tierärztl Wochenschr. 129: 484–494. doi: 10.2376/0005-9366-15098.

Hoinville LJ, Alban L, Drewe JA, Gibbens JC, Gustafson L, Häsler B, Saegerman C, Salman M, Stärk KD. (2013). Proposed terms and concepts for describing and evaluating animal-health surveillance systems. Prev Vet Med. 112(12): 112. doi: 10.1016/j.prevetmed.2013.06.006.

Horst HS, de Vos CJ, Tomassen FH, Stelwagen J. (1999). The economic evaluation of control and eradication of epidemic livestock diseases. Rev Sci Tech. 18(2): 367446. doi: 10.20506/rst.18.2.1169.

Iriarte MV, Gonzáles JL, de Freitas Costa E, Gil AD, de Jong MCM. (2023). Main factors associated with foot-and-mouth disease virus infection during the 2001 FMD epidemic in Uruguay. Front Vet Sci. 10:1070188. doi: 10.3389/fvets.2023.1070188.

Ismail I, Indarjulianto S, Yusuf S, Purba FY. (2023). Clinical examination of foot and mouth disease of dairy cows in Sukamurni, Cilawu, Garut, West Java, Indonesia. IOP Conf. Ser.: Earth Environ. Sci. 1174: 012005. doi: 10.1088/1755-1315/1174/1/012005.

Lamberga K, Ol,ševskis E, Seržants M, Berzinš A, Viltrop A, Depner K. (2020). African swine fever in two large commercial pig farms in Latvia — Estimation of the high risk period and virus spread within the farm. Vet. Sci. 7: 105—116. doi:10.3390/vetsci7030105.

Limon G, Lewis EG, Chang YM, Ruiz H, Balanza ME, Guitian J. (2014). Using mixed methods to investigate factors influencing reporting of livestock diseases: A case study among small holders in Bolivia. Preventive Veterinary Medicine 113 (2014) 185–196. doi: 10.1016/j.prevetmed.2013.11.004.

McLachlan NJ, Dubovi EJ. (2017). Fenner's Veterinary Virology Fifth Edition. London: Elsevier.

Mulatmi SNW, Guntoro B, Widyobroto BP, Nurtini S, Pertiwiningrum A. (2016). Strategi peningkatan adopsi inovasi pada peternakan sapi perah rakyat di daerah istimewa yogyakarta, jawa tengah, dan jawa timur. Buletin Peternakan. 40 (3): 219227. doi: 10.21059/buletinpeternak.v40i3.12470.

Mulyana KE. (2022). Indonesia Sudah Bebas Wabah PMK sejak 1990, Mengapa 1.247 Sapi di Jatim Bisa Terjangkit?. https://www.kompas.tv/nasional/286504/indonesia-sudah-bebas-wabah-pmk-sejak-1990-mengapa-1-247-sapi-di-jatim-bisa-terjangkit? [diakses 15 September 2023].

Murray J, Cohen AL. (2017). Infectious disease surveillance. International Encyclopedia of Public Health 2nd Ed. 4: 222–229. doi: 10.1016/B978-0-12-803678-5.00517-8.

Nurdiyansah I, Suherman D, Putranto HD. (2020). Hubungan Karakteristik Peternak dengan Skala Kepemilikan Sapi Perah di Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang. Bul. Pet. Trop. 1(2): 6472. doi: 10.31186/bpt.1.2.64-74.

Nyaguthii DM, Armson B, Kitala PM, Sanz-Bernardo B, Di Nardo A, Lyons NA. (2019). Knowledge and risk factors for foot-and-mouth disease among small-scale dairy farmers in an endemic setting. Vet Res. 50(1): 33–45. doi: 10.1186/s13567-019-0652-0.

Paton DJ, Füssel AE, Vosloo W, Dekker A, De Clercq K. (2014). The use of serosurveys following emergency vaccination, to recover the status of "foot-and-mouth disease free where vaccination is not practised". Vaccine. 32(52): 7050–7056. doi: 10.1016/j.vaccine.2014.10.064.

Rahmah UIL. Somanjaya R. (2019). Hubungan antara karakteristik peternak dengan tingkat tatalaksana pemeliharaan sapi perah. Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan. 7(1): 102108.

Ringa N, Bauch CT. (2014). Dynamics and control of foot-and-mouth disease in endemic countries: A pair approximation model. Journal of Theoretical Biology. 357: 150–159. doi.org/10.1016/j.jtbi.2014.05.010.

Stephen C. (2021). Animals, Health, and Society: Health Promotion, Harm Reduction, and Health Equity in a One Health World. London: CRC Press.

Sudarnika E, Basri C, Ilyas AZ, Sudarwanto M, Kustiningsih H. (2022). Perilaku Peternak Sapi Perah dalam Mendukung Pengendalian Brucelosis. Bogor: IPB Press.

Sudarnika E, Ilyas AZ, Basri C, Lukman DW, Syibli M, Idris S, Happold J, Weaver J, Valeska, Daryono J, Elsanti R. (2014). Pedoman Teknis Surveilans Penyakit Hewan Menular. Jakarta : Kementrian Pertanian.

Surahno A, Maryono P, Robajanto, Wahyuningsih S, Tyas V, Restianingati. (2022). Langkah Strategis Penanganan Masalah PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) Pada Hewan Ternak. Surabaya: Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Timur.

Tomassen FHM, Koeijer A, Mourits MCM, Dekker A, Bouma A, Huirne RBM. (2002). A decision tree to optimise control measures during the early stage of a foot and mouth disease epidemic. Prev. Vet. Med. 54: 301–324. doi: 10.1016/s0167-5877(02)000533.

[WOAH] World Organisation for Animal Health. (2019). Foot and Mouth Disease (FMD). Paris (Prancis): World Organisation for Animal Health.

Yano T, Premashthira S, Dejyong T, Tangtrongsup S, Salman MD. (2018). The effectiveness of a foot and mouth disease outbreak control programme in Thailand 2008⁻2015: case studies and lessons learned. Vet. Sci. 5(4): 101114. doi: 10.3390/vetsci5040101.



DOI: https://doi.org/10.22146/jsv.91219

Article Metrics

Abstract views : 47 | views : 44

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Copyright (c) 2024 Jurnal Sain Veteriner

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Jurnal Sain Veteriner Indexed by

    CrossrefROADCOREProduct DetailsDESKRIPSI GAMBAR


Copyright of JSV (Jurnal Sain Veteriner) ISSN 0126-0421 (print), ISSN 2407-3733 (online).

Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada

Jl. Fauna No.2, Karangmalang, Yogyakarta

Phone: 0274-560862

Fax: 0274-560861

Email: jsv_fkh@ugm.ac.id

HP. 0895363078367

Jurnal Sain Veteriner is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

 

free
web stats View My Stats