Karakterisasi Larutan Polimer KYPAM HPAM untuk Bahan Injeksi dalam Enhanced Oil Recovery (EOR)
Harimurti Wicaksono(1*), Sutijan(2), Ahmad Tawfiequrrahman Yuliansyah(3)
(1) 
(2) 
(3) 
(*) Corresponding Author
Abstract
Polymer injection is one method of Enhanced Oil Recovery (EOR), where the polymer is dissolved in water, usually the formation water. Hydrolyzed polyacrylamide (HPAM) polymer types are most commonly used. This study aims to investigate the effect of KYPAM HPAM polymer concentration and operating conditions upon the water injection in order to determine the optimal injection system. Viscosity of polyacrylamide solution was measured with a Brookfield viscometer. Variation in salinity is carried out by mixing formation water with distilled water, whereas for high salinity of formation water using evaporation method. Shear rate was varied in the range of 145 s-1, while solution temperature was varied in the range of 70 87°C , and the effect of H2S gas in the solution was conducted by saturating the solution using natural gas which has concentration of H2S as 100 ppm.
The results show that the effect of salinity solution has the greatest influence on the decrease in viscosity of the solution when compared to the other factors. Decrease in viscosity was due to agglomeration process resulting precipitate of polyacrylamide in the form of vaterite and aragonite morphology. The result also show that an increase in shear rate resulting lower viscosity. The increase in temperature causes the viscosity of the solution decreases. Meanwhile, the presence of H2S in the solution reduces the viscosity of the solution due to chemical degradation.
Keywords: EOR, formation water, polymer injection, hydrolyzed polyacrylamide, salinity, polymer concentration.
Injeksi polimer merupakan salah satu metode dalam Enhanced Oil Recovery (EOR). Dalam hal ini, polimer terlebih dulu dilarutkan dalam air, biasanya air formasi. Poliakrilamida terhidrolisis (HPAM) merupakan salah satu jenis polimer yang paling sering digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi polimer KYPAM HPAM dan kondisi operasi pada injeksi air untuk menentukan sistem injeksi yang optimal. Larutan poliakrilamida diukur viskositasnya dengan viskometer Brookfield. Variasi salinitas dilakukan dengan mencampur air formasi dan aquades, sedangkan untuk salinitas tinggi dari air formasi dengan menggunakan metode penguapan.Variasi shear rate dilakukan pada kisaran 145 s-1, sedangkan suhu larutan divariasikan di kisaran 7087°C. Pengaruh gas H2S dalam larutan dilakukan dengan menjenuhkan larutan menggunakan gas alam yang memiliki konsentrasi H2S 100 ppm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa salinitas memiliki pengaruh terbesar pada penurunan viskositas larutan bila dibandingkan dengan faktor-faktor lain. Penurunan viskositas disebabkan aglomerasi menghasilkan endapan poliakrilamida dalam bentuk vaterite dan morfologi aragonit. Hasil percobaan juga menunjukkan bahwa peningkatan shear rate, mengakibatkan viskositas larutan terukur rendah. Peningkatan suhu menyebabkan viskositas larutan turun, sedangkan kehadiran H2S dalam larutan mengurangi viskositas larutan karena terjadi degradasi kimia pada polimer.
Kata kunci: EOR, air formasi, injeksi polimer, hydrolyzed polyacrylamide, salinitas, konsentrasi polimer
The results show that the effect of salinity solution has the greatest influence on the decrease in viscosity of the solution when compared to the other factors. Decrease in viscosity was due to agglomeration process resulting precipitate of polyacrylamide in the form of vaterite and aragonite morphology. The result also show that an increase in shear rate resulting lower viscosity. The increase in temperature causes the viscosity of the solution decreases. Meanwhile, the presence of H2S in the solution reduces the viscosity of the solution due to chemical degradation.
Keywords: EOR, formation water, polymer injection, hydrolyzed polyacrylamide, salinity, polymer concentration.
Injeksi polimer merupakan salah satu metode dalam Enhanced Oil Recovery (EOR). Dalam hal ini, polimer terlebih dulu dilarutkan dalam air, biasanya air formasi. Poliakrilamida terhidrolisis (HPAM) merupakan salah satu jenis polimer yang paling sering digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi polimer KYPAM HPAM dan kondisi operasi pada injeksi air untuk menentukan sistem injeksi yang optimal. Larutan poliakrilamida diukur viskositasnya dengan viskometer Brookfield. Variasi salinitas dilakukan dengan mencampur air formasi dan aquades, sedangkan untuk salinitas tinggi dari air formasi dengan menggunakan metode penguapan.Variasi shear rate dilakukan pada kisaran 145 s-1, sedangkan suhu larutan divariasikan di kisaran 7087°C. Pengaruh gas H2S dalam larutan dilakukan dengan menjenuhkan larutan menggunakan gas alam yang memiliki konsentrasi H2S 100 ppm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa salinitas memiliki pengaruh terbesar pada penurunan viskositas larutan bila dibandingkan dengan faktor-faktor lain. Penurunan viskositas disebabkan aglomerasi menghasilkan endapan poliakrilamida dalam bentuk vaterite dan morfologi aragonit. Hasil percobaan juga menunjukkan bahwa peningkatan shear rate, mengakibatkan viskositas larutan terukur rendah. Peningkatan suhu menyebabkan viskositas larutan turun, sedangkan kehadiran H2S dalam larutan mengurangi viskositas larutan karena terjadi degradasi kimia pada polimer.
Kata kunci: EOR, air formasi, injeksi polimer, hydrolyzed polyacrylamide, salinitas, konsentrasi polimer
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.22146/jrekpros.24524
Article Metrics
Abstract views : 5032 | views : 10132Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2017 Jurnal Rekayasa Proses
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.