Pengembangan Growol Sebagai Oleh-Oleh Makanan Khas Tradisional Kulon Progo

https://doi.org/10.22146/jp2m.60502

Fatkurrohman Fatkurrohman(1*), Sidiq Wicaksono(2), Eska Nia Sari Nastiti(3), Handayani Rahayuningsih(4), Arina Pramusita(5), Anik Nuryani(6), Cerry Surya Pradana(7)

(1) Prodi Pariwisata, DBSMB, SV, UGM
(2) Prodi Pariwisata, DBSMB, SV, UGM
(3) Prodi Pariwisata, DBSMB, SV, UGM
(4) Prodi Pariwisata, DBSMB, SV, UGM
(5) Prodi Pariwisata, DBSMB, SV, UGM
(6) Prodi Pariwisata, DBSMB, SV, UGM
(7) Prodi Pariwisata, DBSMB, SV, UGM
(*) Corresponding Author

Abstract


ABSTRAK.

 

Keberadaan Bandara Internasional Yogyakarta dan pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Borobudur menjadi modal penting bagi Kabupaten Kulonprogo untuk mengembangkan wisata kulinernya dalam rangka pengembangan ekonomi masyarakat. Salah wisata kuliner warisan leluhur Kulonprogo adalah growol. Makanan growol sudah tercatat dalam serat Centhini pada tahun 1814. Meski menjadi kuliner leluhur, growol memiliki beragam permasalahan dalam  pengembangannya yakni  bau makanan yang kurang sedap, kemasan yang tidak menarik, variasi produk yang rendah, dan manajemen yang masih tradisional. Permasalahan tersebut membuat growol tidak disukai oleh masyarakat dan mengalami penurunan popularitas yang sangat besar sehingga masyarakat saat ini tidak mengenal growol lagi. Tim pengabdian dari Diploma 3 Kepariwisataan merancang solusi untuk dapat mengatasi permasalahan tersebut dan mengenalkan produk growol kembali ke pasar. Hasil dari pendampingan masyarakat adalah produk growol telah dikenalkan kembali kepada masyarakat dengan variasi dari produk yang lebih beragam dan sarana promosi yang telah diperbaiki seperti foto produk yang telah diolah secara profesional, pembuatan logo dan kemasan yang lebih menarik. Selain itu, perhitungan biaya produksi yang lebih rinci membuat harga produk lebih rasional dan dapat menghasilkan keuntungan bagi masyarakat.

 

Kata Kunci: Bandara Internasional Yogyakarta, Kulonprogo, Wisata Kuliner, Makanan Tradisional dan Growol.

 

ABSTRACT

 

The existence of Yogyakarta International Airport and the development of the National Tourism Strategic Area (KSPN) of Borobudur are important assets for Kulonprogo Regency to develop its culinary tourism in the context of community economic development. One of the heritage culinary tours of Kulonprogo is growol. Growol food was recorded in Centhini's fiber in 1814. Despite being an ancestral culinary delicacy, growol has various problems in its development, namely the unpleasant smell of food, unattractive packaging, low product variety, and traditional management. This problem has made growol not liked by the community and has decreased its popularity so much that the people currently do not recognize growol anymore. The community service team of Diploma 3 in Tourism devises a solution to solve these problems and introduce growol products back to the market. The result of community assistance is that growol products have been reintroduced to the community with a wider variety of products and improved promotional tools such as product photos that have been professionally processed, making logos and more attractive packaging. In addition, a more detailed calculation of production costs makes product prices more rational and can generate benefits for society.

 

Keywords: Yogyakarta International Airport, Kulonprogo, Culinary Tourism, Traditional Food  and Growol.

 

Keywords


Yogyakarta International Airport, Kulonprogo, Culinary Tourism, Traditional Food and Growol.

Full Text:

PDF


References

Eni R, A., Lestari, L. A., & Juffrie, M. (2010). Frekuensi konsumsi growol berhubungan dengan angka kejadian diare di Puskesmas Galur II Kecamatan Galur Kabupaten Kulonprogo Provinsi DIY. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 7(1), 27. https://doi.org/10.22146/ijcn.17612 Prasetia, K. D., & Kesetyaningsih, T. W. (2015). Effectiveness of growol to prevent diarrhea infected by enteropathogenic escherichia coli. International Journal of ChemTech Research, 7(6), 2601–2611. Putri, W. D. R., Haryadi, H., & Marseno, D. W. (2012). Isolation and characterization of amylolytic lactic acid bacteria during ggrowol fermentation, an Indonesian traditional food. Jurnal Teknologi Pertanian, 13(1), 52–60. http://jtp.ub.ac.id/index.php/jtp/article/view/356 Sari, P. M., & Puspaningtyas, D. E. (2019). asi tradisional dari singkong) terhadap LActobacillus sp. dan Escherichia coli. Ilmu Gizi Indonesia, 02(02), 101–106. Akses Intenet (https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/growol/).



DOI: https://doi.org/10.22146/jp2m.60502

Article Metrics

Abstract views : 824 | views : 733

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2023 Jurnal Pengabdian dan Pengembangan Masyarakat

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.