Beberapa Segi Klinik Mengenai Bell's Palsy di Bagian Neurologi Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada
Boedi Sarojo Boedi Sarojo(1*)
(1) 
(*) Corresponding Author
Abstract
Selama periode Januari 1975 sampai dengan Desember 1975 kami kumpulkan 39 penderita dengan paralise facialis perifir dari seluruh penderita baru 747 orang yang datang berobat ke Rumah Sakit Pugeran Bagian Neurologi Eakultas Kedokteran Universitas Gadjah Made. Mereka terdiri dari 27 pria (69,2%) dan 12 wanita (30,8%). Umur penderita berkisar antara 1 tahun sampai 60 tahun, dengan rata-rata terbanyak sekitar umur 20 — 40 tahun (58;9%).
Dari 39 kasus paralise facialis perifir yang terkiimpul atau terseleksi terdapat 25 Bell's palsy atau 64,1 %: Penyebab lain seperti hypertensi 5 orang ( = 12,8%), meningitis pada anak-anak sebanyak 3 orang (7,7%), otitis media 2 orang (5,1%), trauma 2 orang (5,1%), mastoiditis 1 orang (2,5%) dan tumor cerebri 1 orang (2,5%).
Sisi wajah muka yang terkena paling banyak adalah sebelah kanan, yaitu sebesar 61,5%. Tempat lesi yang paling banyak terletak di daerah distal foramen stylomastoideum, yaitu sebesar 69,2%.
Penderita Bell's palsy yang diobati akan sembuh pada minggu ke 2 — 4. Penderita paralyse facialis perifir lain antara lain 3 orang untuk observasi hypertensi (kiriman dari Bagian Penyakit Dalam), 1 dengan postmeningitis (kiriman dari Bag. Kanak-kanak) dan 1 dengan tumor cerebri (kiriman dari Bagian Mata, dengan visus jelek tanpa bisa dikon-lcsi) tidak dapat kami ikuti mengingat mereka tidak kembali setelah minggu ke 4 tanpa alasan.
Semua penderita kimi beri terapi antibiotika, prednison, nicotinamide, vitamin neurotropik, dan beberapa ada yang kami beri salyci:ar. Bagi yang ada faktor etiologisnya kami beri terapi kausal, kecuali untuk tumor cerebri kami tambahkan terapi simptomatis.
Lokal pada wajah muka kami beri penyinaran dengan inframerah, massage ringan - stimulasi dengan arus faradis/galvnis, ini diberikan dap 2 hari sekali. Di rumah penderita melakukannya sendiri dengan mengompres air hangat dan massage ringan selama 5 — 10 menit 3 kali sehari, sedang untuk matanya diberi tetesan acid boric 3% dan memakai kacamata teduh apabila ingin keluar rumah.
Dari sejumlah 39 penderita ternyata 25 orang (64,1 %) mengalami penyembuhan dalam 4 minggu pertama dan 32 orang (82,05%) mengalami sembuh sempurna. Kami tidak menjumpai kontraktur sebagai satu-satunya gejaia sisa (sequela) penyakit ini.
Ditemukan 2 pria yang menderita Bell's palsy untuk kedria kalinya, pada sisi yang bertentangan dengan yang terdahulu.
Dari 39 kasus paralise facialis perifir yang terkiimpul atau terseleksi terdapat 25 Bell's palsy atau 64,1 %: Penyebab lain seperti hypertensi 5 orang ( = 12,8%), meningitis pada anak-anak sebanyak 3 orang (7,7%), otitis media 2 orang (5,1%), trauma 2 orang (5,1%), mastoiditis 1 orang (2,5%) dan tumor cerebri 1 orang (2,5%).
Sisi wajah muka yang terkena paling banyak adalah sebelah kanan, yaitu sebesar 61,5%. Tempat lesi yang paling banyak terletak di daerah distal foramen stylomastoideum, yaitu sebesar 69,2%.
Penderita Bell's palsy yang diobati akan sembuh pada minggu ke 2 — 4. Penderita paralyse facialis perifir lain antara lain 3 orang untuk observasi hypertensi (kiriman dari Bagian Penyakit Dalam), 1 dengan postmeningitis (kiriman dari Bag. Kanak-kanak) dan 1 dengan tumor cerebri (kiriman dari Bagian Mata, dengan visus jelek tanpa bisa dikon-lcsi) tidak dapat kami ikuti mengingat mereka tidak kembali setelah minggu ke 4 tanpa alasan.
Semua penderita kimi beri terapi antibiotika, prednison, nicotinamide, vitamin neurotropik, dan beberapa ada yang kami beri salyci:ar. Bagi yang ada faktor etiologisnya kami beri terapi kausal, kecuali untuk tumor cerebri kami tambahkan terapi simptomatis.
Lokal pada wajah muka kami beri penyinaran dengan inframerah, massage ringan - stimulasi dengan arus faradis/galvnis, ini diberikan dap 2 hari sekali. Di rumah penderita melakukannya sendiri dengan mengompres air hangat dan massage ringan selama 5 — 10 menit 3 kali sehari, sedang untuk matanya diberi tetesan acid boric 3% dan memakai kacamata teduh apabila ingin keluar rumah.
Dari sejumlah 39 penderita ternyata 25 orang (64,1 %) mengalami penyembuhan dalam 4 minggu pertama dan 32 orang (82,05%) mengalami sembuh sempurna. Kami tidak menjumpai kontraktur sebagai satu-satunya gejaia sisa (sequela) penyakit ini.
Ditemukan 2 pria yang menderita Bell's palsy untuk kedria kalinya, pada sisi yang bertentangan dengan yang terdahulu.
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)Article Metrics
Abstract views : 2176 | views : 6010Copyright (c) 2015 Boedi Sarojo Boedi Sarojo
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.