Mengapa Indonesia Memerlukan Ilmu Sejarah? Beberapa Gagasan untuk ‘Hilirisasi’ Historiografi
Bambang Purwanto(1*)
(1) Departemen Sejarah, Universitas Gadjah Mada
(*) Corresponding Author
Abstract
Abstract
History is always considered unable to make a real contribution when dealing with everyday life that demands things that are pragmatic from the practicalities of a science. Through "hilirisasi" historiography combined with the principles of commodification in the frame of "consuming history", this paper shows that history when understood as historiography is a science that is able to equip both individuals and groups to meet the needs of daily life, as a representation the intelligence and productivity of the nation within the grand framework of entrepreneurship and innovation. History is an inspiration for "dreamers" to take creative, innovative, and productive actions in the Industrial 4.0 and 5.0 eras. As a result, each people who learn history are able to create entrepreneurial opportunities both for themselves and the wider community in order to realize the prosperity of the nation.
----------
Abstrak
Selama ini, sejarah selalu dianggap tidak mampu memberi sumbangan yang nyata ketika berhadapan dengan kehidupan sehari-hari, yang menuntut hal-hal yang bersifat pragmatis dari praktis sebuah ilmu. Melalui “hilirisasi” historiografi yang dipadu dengan prinsip-prinsip komodifikasi dalam bingkai “mengonsumsi sejarah”, tulisan ini menunjukkan bahwa sejarah ketika dipahami sebagai historiografi merupakan sebuah ilmu yang mampu membekali, baik individu maupun kelompok, untuk berproduksi memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-harinya, sebagai sebuah representasi kecerdasan dan produktivitas bangsa dalam kerangka besar kewirausahaan dan inovasi. Sejarah adalah inspirasi untuk para “pemimpi” melakukan tindakan-tindakan kreatif, inovatif, dan produktif pada era Industri 4.0 dan 5.0. Hasilnya, setiap anak bangsa yang belajar sejarah mampu menciptakan peluang kewirausahaan, baik untuk dirinya sendiri maupun masyarakat yang luas, dalam rangka mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Allen, R.C. (2006). The British Industrial Revolution in Global Perspective: How Commerce Created the Industrial Revolution and Modern Economic Growth. Oxford: Department of Economics and Nuffield College Oxford University.
Buchanan, A. (1975). “Technology and History”. Social Studies of Science, 5, hlm. 489–499.
Buhr, D. (2017). Social Innovation Policy for Industry 4.0. Germany: Frederich Ebert Stiftung.
Daulay, H. (2016). “Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 42 Tahun 2016 Tentang Pengukuran dan Penetapan Tingkat Kesiapterapan Teknologi (Technology Readiness Level). Hilirisasi Hasil Riset dan Pengembangan dalam Rangka Peningkatan Daya Saing”, 18 Oktober 2016.
de Groot, J. (2009). “Consuming History”. Historians and Heritage in Contemporary Popular Culture. London: Routledge.
Direktorat Jendral Kelembagaan Iptek dan Dikti. (2016). “Kemenristekdikti Makin Giatkan Hilirisasi Riset ke Industri”, 22 Desember 2016, http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/index.php/tag/hilirisasi-riset/.
Dewan Riset Nasional. (2016). “Agenda Riset Nasional 2016-2019”. Jakarta.
Epstein, S. (2008). “Culture of Science/Technology: Rethinking Knowledge, Power, Materiality, and Nature”. The Annals of American Academy of Political and Social Science, Cultural Sociologyand Its Diversity, Vol. 619, September 2008, hlm. 165–182.
Heywood, P. dan Nida P.H. (2009). “Health Facilities at the District Level in Indonesia”. Australia New Zealand Health Policy, No. 6, May 2009, hlm. 1–11.
“Hilirisasi Hasil Penelitian Harus Bermanfaat Bagi Masyarakat”, Republika, 23 September 2015, http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/dunia-kampus/15/09/23/nv4wdj219-hilirisasi-penelitian-harus-bermanfaat-bagi-masyarakat.
“Hilirisasi Hasil Penelitian Harus Didukung”, Tempo, 2 September 2016, https://nasional.tempo.co/read/800979/hilirisasi-hasil-penelitian-harus-didukung.
“Hilirisasi Riset untuk Kesejahteraan Masyarakat”, USID, 2016, http://www.prestasi-iief.org/index.php/id/feature/104-hilirisasi-riset-untuk-kesejahteraan-masyarakat.
Kartodirdjo, S. (2005). Sejak Indische Sampai Indonesia. Jakarta: Kompas.
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. (2017–2015). “Rencana Induk Riset Nasional 2017-2015”, http://risbang.ristekdikti.go.id/reviewer/RIRN12Desember.pdf.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. (2016). “Mendukung Hilirisasi Hasil Penelitian”, 30 Agustus 2016, http://lipi.go.id/lipimedia/mendukung-hilirisasi-hasil-penelitian/16137.
Mokyr, J. (1999). “The Industrial Revolutioan and the Netherlands: Why Did It Not Happened?. Amsterdam.
Morrar, R. dkk. (2017). “The Fourth Industrial Revolution (Industry 4.0): The Social Innovation Perspective”. Technology Innovation Management Review, Vol. 7, issue 11, 2017, hlm. 12–20.
Nasution, M.K.M. (2016). “Hilirisasi Penelitian Berbasis Teknologi pada Perguruan Tinggi”, Analisa, 26 September 2016.
Neelakantan, V. (2014). “Health and Medicine in Soekarno Era Indonesia: Social Medicine, Public Health and Medical Education, 1949-1967”. Phd. Thesis. University of Sydney.
Nussbaum, M.C. (2016). Not for Profit. Why Democracy Needs the Humanities. Princeton: Princeton University Press.
“Undip Semarang Akan Contoh Hilirisasi Penelitian Tiongkok”. Tribun Jateng, 6 Januari 2017, http://jateng.tribunnews.com/2017/01/06/undip-semarang-akan-contoh-hilirisasi-penelitian-tiongkok.
Purwanto, B. (2006). Gagalnya Historiografi Indonesiasentri. Yogyakarta: Ombak.
Santosa, B. (2017). “Budaya Inovatif, Inovasi Budaya”, Kompas, 13 November 2017.
DOI: https://doi.org/10.22146/bb.55495
Article Metrics
Abstract views : 7643 | views : 5603Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2020 Bakti Budaya
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
ISSN: 2655-9846 (Online)