Wanita Dalam Pusaran Ekonomi: Migrasi Orang Yogyakarta ke Besuki Tahun 1930
Abstract
Kondisi ekonomi yang menurun di wilayah Hindia Belanda (Jawa) pada akhir abad XIX menyebabkan perubahan pola migrasi warga Yogyakarta. Pada awalnya migrasi laki-laki dilakukan ke tempat yang lebih jauh sedangkan perempuan bermigrasi lokal (ulang alik) pergi pagi dan pulang sore hari. Kondisi itu disebabkan oleh perbedaan peran yang masih dianut masyarakat bahwa perempuan masih mempunyai tanggung jawab terhadap anak dan keluarga sedangkan laki-laki pencari nafkah.
Kajian historis melalui studi pustaka ini menunjukkan bahwa tekanan ekonomi pada masyarakat Yogyakarta pada masa itu menyebabkan banyak perempuan yang melakukan migrasi jarak jauh ke karesidenan Besuki yang meliputi wilayah Kabupaten Banyuwangi dan Jember. Perubahan pola migrasi tersebut juga disebabkan oleh dibangunnya transportasi terutama kereta api. Sekitar 50% dari warga Yogyakarta yang melakukan migrasi adalah perempuan. Sebagian besar migran yang menuju Besuki bekerja pada sektor agroindustri.
Tekanan ekonomi yang terjadi di masyarakat merubah pola pikir tentang peran perempuan dan laki-laki dalam keluarga. Perempuan berubah dari sekedar mengurus rumah tangga menjadi bekerja pada sektor ekonomi. Sumber-sumber ekonomi yang berada di luar daerah menjadi tujuan. Karena tuntutan tersebut perempuan akhirnya bermigrasi ke sumber ekonomi tersebut walaupun itu jauh dari tempat tinggalnya.
Copyright (c) 2020 Jurnal Wanita dan Keluarga
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.