Seks dan Modernitas: Transformasi Tempat Prostitusi Di Jawa Pada Abad XX
Abstract
Komersialisasi industri seks di Indonesia sudah berkembang sejak jaman kolonial. Pemerintah Belanda sejak abad IX telah mengeluarkan peraturan tentang komersialisasi industri seks yang dibatasi untuk wilayah Batavia, Semarang dan Surabaya. Indstri sex berkembang di daerah pusat transportasi seperti sekitar stasiun kereta api. Pada abad XX industri seks tersebut berkembang pesat karena tingginya migrasi orang Eropa akibat industrialisasi yang dikembangkan.
Kajian literatur sejarah menunjukkan bahwa para pekerja sex di Indonesia berasal dari berbagai negara seperti kaum bumiputera, Cina dan Jepang. Para pekerja seks dari Jepang mempunyai nilai paling tinggi, disusul pekerja sex dari Cina dan bumiputera. Pelanggan pekerja seks yang disenangi menurut para pramuria ialah para pendatang dari Eropa, kemudian orang Cina dan baru orang Bumiputra. Kategorisasi tempat prostitusi yang diidentifikasi pada saat itu adalah prostitusi di cafe-cafe, pelacuran jalanan, pelacuran di rumah bordil, lokalisasi, pelayanan oleh pembantu rumah tangga, pelayanan oleh wanita Belanda, prostitusi orang Eropa, dan prostitusi homoseksual. Berkembangnya prostusi adalah bagian dari fakta sejarah Indonesia yang disebabkan oleh tekanan ekonomi, tingkat literasi, cacat jiwa, sakit hati dan hiperseksual.
Copyright (c) 2020 Jurnal Wanita dan Keluarga
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.