Kerentanan Perempuan dalam Surveillance Capitalism
Abstract
Tulisan ini bertujuan untuk menganalisa kerentanan perempuan terhadap Kekerasan Gender Berbasis Online (KGBO) di dalam ruang digital. Studi ini menggunakan konsep kapitalisme pengawasan/surveillance capitalism dan symbolic violence sebagai dasar untuk memahami logika ekonomi dan juga kekerasan yang berlangsung dalam ruang digital. Ruang digital sebagai alat ekonomi tidak hanya menghasilkan “behavioral surplus” sebagai material baru tetapi juga menjadi ruang bagi terbentuknya “dominant habitus” tentang siapa itu perempuan dan bagaimana seharusnya perempuan merepresentasikan dirinya. Dominant habitus yang senantiasa direproduksi mampu menciptakan kebutuhan ekonomi bagi perempuan melalui komodifikasi dan bahkan eksploitasi terhadap tubuh perempuan yang terepresentasi dalam teks gambar, dan video di dalam platform digital. Melalui proses-proses ini, perempuan mengalami kekerasan simbolik yang terus-menerus direproduksi dalam dominant habitus. Dengan demikian, bekerjanya surveillance capitalism dan menguatnya dominant habitus di dalamnya menjadi kondisi yang membuka ruang bagi berlangsungya KGBO terhadap perempuan. Dengan menggunakan perspektif kritis dalam memandang KGBO tulisan ini hendak mendalami proses-proses yang mengkondisikan kerentanan perempuan di dalam ranah digital. Pemahaman akan hal-hal tersebut menjadi basis penting untuk memikirkan secara tepat posisi perempuan di dalam ruang digital yang saat ini secara luas diterima sebagai condition sine qua non yang di dalamnya berbagai bentuk relasi berlangsung. Dengan demikian, tulisan ini memberikan pijakan dasar untuk mendorong dan merumuskan beberapa agenda perubahan.
===
This paper aims to analyze women's vulnerability to Online-Based Gender Violence (KGBO) in the digital platform. This study uses the concept of surveillance capitalism and symbolic violence as a basis for understanding the economic logic and violence that takes place in today's digital platform. Digital platform as an economic tool not only produces a "behavioral surplus" as a new material, but also becomes a space for the formation of a "dominant habitus"; who is women are and how women should represent themselves. Dominant habitus which is always reproduced is able to create economic needs for women through commodification and even exploitation of women's bodies which are represented in text, images and videos on digital platforms. Throughout these processes, mostly women suffer from symbolic violence which persistently reproduced by the dominant habitus. It obviously reflects the vulnerability of woman as the victim of KGBO. By using a critical perspective in looking at KGBO, this paper intends to explore the process that put women’s vulnerability in the digital arena. Understanding of these matters becomes an important basis for thinking about the exact position of women in the digital space which is currently widely accepted as a condition sine qua non in which various forms of relations take place. Thus, this paper provides a basic basis for encouraging and formulating several agendas for change.
Copyright (c) 2021 Jurnal Wanita dan Keluarga
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.