Injeksi polimer merupakan salah satu metode dalam Enhanced Oil Recovery (EOR). Dalam hal ini, polimer terlebih dulu dilarutkan dalam air, biasanya air formasi. Poliakrilamida terhidrolisis (HPAM) merupakan salah satu jenis polimer yang paling sering digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi polimer KYPAM HPAM dan kondisi operasi pada injeksi air untuk menentukan sistem injeksi yang optimal. Larutan poliakrilamida diukur viskositasnya dengan viskometer Brookfield. Variasi salinitas dilakukan dengan mencampur air formasi dan aquades, sedangkan untuk salinitas tinggi dari air formasi dengan menggunakan metode penguapan.Variasi shear rate dilakukan pada kisaran 1-45 s-1, sedangkan suhu larutan divariasikan di kisaran 70-87°C. Pengaruh gas H2S dalam larutan dilakukan dengan menjenuhkan larutan menggunakan gas alam yang memiliki konsentrasi H2S 100 ppm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa salinitas memiliki pengaruh terbesar pada penurunan viskositas larutan bila dibandingkan dengan faktor-faktor lain. Penurunan viskositas disebabkan aglomerasi menghasilkan endapan poliakrilamida dalam bentuk vaterite dan morfologi aragonit. Hasil percobaan juga menunjukkan bahwa peningkatan shear rate, mengakibatkan viskositas larutan terukur rendah. Peningkatan suhu menyebabkan viskositas larutan turun, sedangkan kehadiran H2S dalam larutan mengurangi viskositas larutan karena terjadi degradasi kimia pada polimer.