Date Log
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
ARNAWA publishes articles under the terms of the Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License, with the copyright held by the journal. It means that authors who publish their work in this journal agree to follow the journal's copyright policy.
Menelusuri Perbedaan Ilustrasi Keris Nagasasra dalam Naskah Keris ll dengan Pakem Dhapur Keris
Corresponding Author(s) : Aliffia Marsha Nadhira
Arnawa,
Vol 2 No 1 (2024): Edisi 1
Abstract
Keris Nagasasra is one of the well-known keris in Java Island. It is said that this ‘keris’ was used as a replacement for the damaged Keris Kyai Condhong Campur from Majapahit Kingdom. The stories surrounding this ‘keris’ are not only spread through oral literature, but also recorded in ancient manuscripts. One of the manuscripts containing story of the creation of Keris Nagasasra is Naskah Keris II collection of Sonobudoyo Museum Yogyakarta. The manuscript also presents an illustration of Keris Nagasasra drawn in watercolor. With multimodal approach initiated by Gunther Kress and Theo van Leeuwen, it can be seen that the illustration of Keris Nagasasra in Naskah Keris II is incomplete when compared to the pakem of dhapur ‘keris’ which was agreed upon keris community. Since the initiator or copyist of Naskah Keris II is difficult to trace, the researchers offer three possibilities for the difference in illustrations to occur. First, the illustrator is someone who does not understand the dhapur ‘keris’ standard because he/she made a keris illustration that is not in accordance with the standard. Second, on the contrary, the illustrator was very knowledgeable about the pakem of dhapur ‘keris’, which is considered sinengker so it should not be known to the public. Third, there are limited resources, such as ink and paint, in making the illustrations of Naskah Keris II so that ‘keris’ illustrations are not drawn according to the standard.
===
Keris Nagasasra merupakan salah satu keris yang termasyhur di Pulau Jawa. Konon keris ini dijadikan sebagai pengganti dari Keris Kyai Condhong Campur milik Kerajaan Majapahit yang rusak. Kisah-kisah yang melingkupi keris ini tidak hanya tersebar melalui cerita lisan dari mulut ke mulut, tetapi juga dimuat dalam manuskrip kuno. Salah satu manuskrip yang memuat kisah penciptaan Keris Nagasasra adalah Naskah Keris II koleksi Perpustakaan Museum Sonobudoyo Yogyakarta. Dalam naskah tersebut disajikan pula ilustrasi dari Keris Nagasasra yang digoreskan dengan cat air. Dengan pendekatan multimodal yang digagas oleh Gunther Kress dan Theo van Leeuwen, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan ilustrasi Keris Nagasasra dalam Naskah Keris II dengan pakem dhapur keris yang disepakati masyarakat perkerisan. Akibat dari pemrakarsa dan penyalin naskah Naskah Keris II yang sulit dilacak, maka peneliti menawarkan tiga kemungkinan sebab perbedaan ilustrasi terjadi. Pertama, ilustrator merupakan seseorang yang kurang paham mengenai pakem dhapur keris karena membuat ilustrasi keris yang tidak sesuai pakem. Kedua, malah sebaliknya, ilustrator sangat paham mengenai pakem dhapur keris yang dianggap sinengker sehingga tidak boleh diketahui khalayak umum. Ketiga, adanya keterbatasan sumber daya, seperti tinta dan cat, dalam pembuatan ilustrasi Naskah Keris II sehingga ilustrasi keris digambar tidak sesuai dengan aslinya.
Keywords
Download Citation
Endnote/Zotero/Mendeley (RIS)BibTeX
-
Arifin. (2006). Keris Jawa: Bilah, Latar Belakang, Sejarah Hingga Pasar. Hajied Pustaka.
Bangunjiwa, K. J. (2019). Kitab Lengkap Keris Jawa. Narasi.
Behrend, T. (1990). Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid I: Museum Sonobudoyo Yogyakarta. Penerbit Djambatan.
Bezemer, J., & Kress, G. (2008). Writing in Multimodal Texts: A Social Semiotic Account of Designs for Learning. Written Communication, 25(2), 166–195. https://doi.org/10.1177/0741088307313177
Darmosoegito. (1961). Dhuwung (Winawas Sawatawis). Djojoboyo.
Dwiyanto, D. (2008). Ensiklopedi Serat Centhini. Panji Pustaka.
Groneman, I. (1910). Der Kris der Javaner. Internationales Archiv für Ethnographie.
Hamzuri. (1984). Keris. Penerbit Djambatan.
Harsrinuksmo. (2004). Ensiklopedi Keris. Gramedia Pustaka Utama.
Haryoguritno, H. (2006). Keris Jawa antara Mistik dan Nalar. PT. Indonesia Kebanggaanku.
Hermawan, B. (2013). Multimodality: Menafsir Verbal, Membaca Gambar, dan Memahami Teks. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, 13(1), 19. https://doi.org/10.17509/bs_jpbsp.v13i1.756
Holt, C. (1967). Art in Indonesia: Continuities and Change. Cornell University Press.
Hoop, Th. V. der. (1949). Indonesische Siermotieven: Ragam-Ragam Perhiasan Indonesia: Indonesia Ornamental Design. Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen.
Karunia, I. D. (2020). Makna Keris dan Simbolik Kebohongan dalam Serat Niticuriga Analisis Semiotika Umberto Eco [Graduated Thesis]. Universitas Gadjah Mada.
Kempers, A. J. B. (1959). Ancient Indonesian Art. C. P. J. van Der Peet.
[Komunikasi pribadi]. (t.t.). [Komunikasi pribadi].
Kress, G., & Leeuwen, T. van. (2006). Reading Images: The Grammar of Visual Design (2 ed.). Routledge.
Nadhira, A. M. (2021). Naskah Keris II Koleksi Perpustakaan Museum Sonobudoyo Yogyakarta (Suntingan, Terjemahan, dan Kaitan Teks dengan Ilustrasinya) [Undergraduated Thesis]. Universitas Gadjah Mada.
Neka, S., & Yuwono, B. T. (2010). Keris Bali Bersejarah: Neka Art Museum. Yayasan Dharma Seni Museum Neka.
Noviani, R. (2018). Wacana Multimodal Menurut Gunther Kress dan Theo van Leeuwen. Dalam Hamparan Wacana dari Praktik Ideologi Media hingga Kritik Poskolonial. Penerbit Ombak.
Prawiroatmodjo, S. (1981). Bausastra Jawa-Indonesia. Gunung Agung.
Puspitaningrum, V. P. (2022). Komposisi Ilustrasi dan Teks dalam Carita Cekak “Wek-Wek-Wek” Karya Hamid Nuri: Kajian Multimodal [Undergraduated Thesis]. Universitas Gadjah Mada.
Soedarso. (2006). Trilogi Seni: Penciptaan, Eksistensi, dan Kegunaan Seni. Badan Penerbit ISI Yogyakarta.
Supriaswoto. (1989). Keris Nogososro Suatu Telaah Simbolik terhadap Bentuk Wujud dan Hiasannya [Research Report]. Balai Penelitian Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Triyoga, L. S. (1991). Manusia Jawa dan Gunung Merapi: Persepsi dan Kepercayaannya. Gadjah Mada University Press.
Yuwono, B. T. (2011). Keris Naga: Latar Belakang Penciptaan, Fungsi, Sejarah, Teknologi, Estetik, Karakteristik, dan Makna Simbolis. Badan Pengembangan Sumber Daya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Zoetmulder, P. J., & Robson, S. O. (1997). Kamus Jawa Kuno-Indonesia. Gramedia Pustaka Utama.