Abstract
Lembaga swadaya masyarakat ini berupaya memperjuangkan hak komunitas lokal dalam isu kebijakan penetapan kawasan taman nasional. Tujuan penulisan ini mengidentifikasi peran dan strategi Yayasan Tanah Merdeka (YTM) dalam memperjuangkan hak komunitas Orang Katu atas penetapan Kawasan Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah. Data dikumpulkan menggunakan metode kualitatif dan disajikan secara deskriptif. Studi mengungkapkan YTM memainkan peran strategis dalam menciptakan hegemoni tandingan atas kebijakan penetapan kawasan Taman nasional Lore Lindu di wilayah komunitas Orang Katu. Hal ini dilakukan dengan membentuk kesadaran kolektif, melibatkan komunitas dalam gerakan akar rumput, mengembangkan strategi perjuangan melalui penyusunan dokumen pengelolaan sumber daya alam berbasis pengetahuan lokal serta, penggunaan terminologi masyarakat adat sebagai instrumen perjuangan yang dihubungkan dengan wacana hak global sehingga menjadi kekuatan yang konstitutif dalam arena politik pengelolaan sumber daya alam pada tingkat lokal.
Kata kunci: Lembaga swadaya masyarakat, gerakan masyarakat adat, kebijakan taman nasional
This non-governmental organization seeks to fight for the rights of local communities in the policy issue of setting the national park area. This paper aims to identify the role of Yayasan Tanah Merdeka (YTM) in the struggling rights of the Orang Katu community for the establishment of the Lore Lindu National Park Area. Data is collected using qualitative methods and presented descriptively. The study revealed that YTM played a strategic role in creating counter-hegemony over the policy of establishing Lore Lindu National Park in the Katu community area. Conducted by establishing collective awareness, involving communities in grassroots movements, the strategy is developed through the preparation of documents on the management of natural resources based on local knowledge as well as, the use of indigenous terminology that is connected with global rights discourse to become a constitutive force in the political arena of natural resource management at the local level.
Keywords: non-government organization, indigenous movement, national park policy
References
Azar, T. (2009). “Pemetaan Partisipatif: Mempertahankan Hak Atas Tanah Leluhur”, dlm: Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif. (ed.), Menuju Demokratisasi Pemetaan: Refleksi Gerakan Pemetaan Partisipatif di Indonesia. Bogor: JKPP, hlm. 72-93.
Banks, N., Hulme, D., & Edward, M. (2015). NGOs, State, and Donors Revisited: Still Too Close for Comfort. World Development, 66, 107-718. DOI: 10.1016/j.worlddev.2014.09.028
Cahyono, M. (2012). Aksi Petani dalam Kontestasi Politik Penataan dan Penguasaan Ruang di Kawasan Konservasi Taman Nasional Ujung Kulon Provinsi Banten. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Sosiologi Pedesaan.
Carlk, J. (1995). NGO dan Pembangunan Demokrasi. Yogyakarta: PT Tiara Wacana.
Carroll, W., & Ratner, R. (2010). Social Movements and Counter-Hegemony: Lessons from the Field. New Proposals: Journal of Marxism and Interdisciplinary Inquiry, 4, 7-22.
Choudry, A. and Kapoor, D. (2013). NGOization: Complicity, Contradictions and Prospect. London: Zed Books.
Clarke, G. (1998). Non-Governmental Organization (NGOs) and Politics in the Developing World. Political Studies Association, 46(1), 36-52. DOI: 10.1111/1476-9248.00128
Cresswell. J.W. (2013). Penelitian Kualitatif dan Desain Riset. (Edisi, Ketiga). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
D’Andrea, C. (2013). Kopi Adat dan Modal. Yogyakarta: Tanah Air Beta bekerjasama YTM dan Sajogyo Institute.
Denzin, N. dan Lincoln. (2011). The Sage Handbook of Qualitative Research. Edisi Ketiga, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fakih, M. (2001). Masyarakat Sipil Untuk Transformasi Sosial: Pergolakan Ideologi LSM. Yogyakarta: Insist Press.
Femia, J. (1975). Hegemony and Consciousness in the Thought of Antonio Gramsci. Political Studies, 23(1), 29-49. DOI:10.1111/j.1467-9248.tb00044.x
Girei, E. (2016). NGO’s, Management and Development: Harnessing Counter Hegemony Possibilities. Organization Studies, 37(2), 93-212. DOI: 10.1177/0170840615604504
Hunt, A. (1990). Right and Social Movement: Hegemony strategies. Journal of Law and Society, 17(3), 309-328. DOI: 10.2307/1410156
Kelly, P.F. (2011). Migration, Agrarian Transition and Rural Change in Southeast Asia. Critical Asian Studies, 43(4), 479-506. DOI: 10.1080/14672715.2011.623516
Kidd, D. (2019). Extra-activism: Counter-mapping and Data Justice. Information, Communication & Society, 22(7), 954-970, DOI: 10.1080/1369118X.2019.1581243
Kwon, S.A. (2008). Moving from Complaints to Action: Oppositional Consciousness and Collective Action in a Political Community. Anthropology & Education Quarterly, 39(1), 59-76, DOI:10.1111/j.1548-1492.2008.00005.x.
Lang, S. (2013). NGO’s, Civil Society and the Public Sphere, Cambridge: Cambridge University Press.
Li, T.M. (2007). Governmentality. Anthropological, 49(2), 275-281. Retrieved September 20, 2020, from http://www.jstor.org/stable/25605363
Li, T.M. (2012). The Will to Improve: Perencanaan, Kekuasaan dan Pembangunan di Indonesia. Tanggerang Selatan: Marjin Kiri
McSweeney, J. (2014). The Absence of Class: Critical Development, NGOs and Misuse of Gramsci’s Concept of Counter Hegemony. Progress in development Study, 14(3), 275-285. DOI: 10.1177/1464993414521339
Miles, M.B. dan Huberman, A.M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: UI Press.
Moniaga, S. (2010). “Dari Bumi Putera Ke Masyarakat Adat: Sebuah Perjalanan Panjang dan Membingungkan”, dlm: Davidson, J.S., Henley, D. & Moniaga, S. (ed)., Adat Dalam Politik Indonesia. Jakarta: KITLV dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Morton, A.D. (2007). Unravelling Gramsci: Hegemony and Passive Revolution in the Global Political Economy. London: Pluto Press
Northcott, H.A. (2012). Realisation of the right of indigenous people to Natural Resources Under International Law Through the Emerging Right to Autonomy. The International Journal of Human Right, 16(1), 73-99, DOI: 10.1080/13642987.2011.611335
Panda, B. (2007). Top Down or Bottom Up? A Study of Grassroots NGOs’ Approach. Journal of Health Management, 9(2), 257-237. DOI: 10.1177/097206340700900207
Patria, N. & Arief, A. (1999). Antonio Gramsci: Negara Dan Hegemoni. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Peluso, N.L. (1995). Whose Woods are These? Counter-mapping Forest Territories in Kalimantan, Indonesia. Antipode, 27:4, 383-406. DOI: 10.1111/j.1467-8330.1995.tb00286.x
Peluso, N.L. dan Vandergeest, P. (2011). Political Ecologies of War and Forest: Counter Insurgencies and the Making of National Natures. Annals of the Association of American Geographers, 101(3), 587-607. DOI: 10.1080/00045608.2011.560064
Peluso, N.L. (2006). Hutan Kaya Rakyat Melarat: Penguasaan Sumberdaya dan perlawanan di Jawa. Jakarta: Konphalindo
Petras, J. & Veltmeyer, H. (2002). Menelanjangi Globalisasi: Sepak Terjang Imperialisme di Abad 21. (terjemahan Agung Prihantoro), Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Rangi, F. (2013). Yang Tersingkir Dan Yang Eksklusif: Orang Dodolo, REDD+ dan Aktivisme Masyarakat Adat di Sulawesi Tengah. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Ribot, J. C., & Peluso, N. L. (2003). A Theory of Access*. Rural Sociology 68 (2):153–81. DOI:10.1111/j.1549-0831.2003.tb00133.x.
Sangadji, A. (2002). Politik Konservasi: Orang Katu di Behoa Kakau. Bogor: KpSHK.
Simon, R. (1999). Gagasan-Gagasan Politik Gramsci. Yogyakarta: Insist Press dan Pustaka Pelajar.
Sita, R. (2014). Pertarungan Kuasa dan Legitimasi Klaim atas Sumberdaya Hutan: Kasus Hutan Sekitar Restorasi Ekosistem di Kabupaten Batang Hari Provinsi Jambi. Tesis, Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Sugiono, M. (1999). Kritik Antonio Gramsci Terhadap Pembangunan Dunia Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Vandergeest, P. & Peluso. N.L. (1995). Territorialization and State Power in Thailand. Theory and Society, 24, 384-426. DOI: 10.1007/BF009933