Kemiskinan, Mobilitas Penduudk, Dan AKtivitas Derep: Strategi Pemenuhan Pangan Rumah Tangga Miskin DI Kabupaten Bantul, Yogyakarta
Pande Made Kutanegara(1*)
(1) 
(*) Corresponding Author
Abstract
Program revolusi hijau yang dilaksanakan secara intensif sejak awal Orde Baru telah mendorong proses transformasi sosial-ekonomi yang sedemikian pesat di pedesaan Jawa. Kesuksesan program ini telah meningkatkan produksi pertanian dan memacu perubahan sosial ekonomi penduduk pedesaan Jawa. Jumlah penduduk miskin telah berkurang sangat cepat dari 47 persen pada tahun 1971 menjadi 15 persen pada tahun 1995. Indikator ekonomi juga menunjukkan peningkatan yang luar biasa, yakni dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional sekitar 8 persen per tahun (Hill, 1996).
Namun, di sisi lain, program ini membawa dampak yang kurang menguntungkan terutama di bidang ketenagakerjaan. Peluang kerja di sektor pertanian berkurang dengan cepat, sehingga kegiatan-kegiatan pertanian yang melibatkan penduduk miskin berkurang dan hilang. Salah satu peluang kerja yang hilang adalah derep. Aktivitas ini hilang bersamaan dengan berkembangnya sistem tebasan di pedesaan. Hal ini telah menghilangkan satu-satunya akses penduduk miskin terhadap ketersediaan pangan mereka. Oleh karena itu, secara tidak langsung, revolusi hijau telah mengakibatkan di pedesaan Jawa (Sairin, 1976; Stoler, 1978).
Penelitian-penelitian intensif pada pertengahan masa Orde Baru menunjukkan bahwa minat peneliti terhadap proses transformasi tenaga kerja pedesaan di sektor pertanian turun drastis. Hal ini dipicu oleh dominasi penelitian tentang transformasi tenaga kerja sektor pertanian menuju sektor non pertanian, baik di pedesaan dan terutama di perkotaan. Penelitian tentang aktivitas buruh di sektor pertanian diabaikan. Hal ini tidaklah aneh karena pada pertengahan masa Orde Baru, peluang kerja nonpertanian terbuka sangat lebar. Bahkan, peluang kerja itulah yang dipandang sebagai penyelamat persoalan ketenagakerjaan di pedesaan Jawa.
Namun, di sisi lain, program ini membawa dampak yang kurang menguntungkan terutama di bidang ketenagakerjaan. Peluang kerja di sektor pertanian berkurang dengan cepat, sehingga kegiatan-kegiatan pertanian yang melibatkan penduduk miskin berkurang dan hilang. Salah satu peluang kerja yang hilang adalah derep. Aktivitas ini hilang bersamaan dengan berkembangnya sistem tebasan di pedesaan. Hal ini telah menghilangkan satu-satunya akses penduduk miskin terhadap ketersediaan pangan mereka. Oleh karena itu, secara tidak langsung, revolusi hijau telah mengakibatkan di pedesaan Jawa (Sairin, 1976; Stoler, 1978).
Penelitian-penelitian intensif pada pertengahan masa Orde Baru menunjukkan bahwa minat peneliti terhadap proses transformasi tenaga kerja pedesaan di sektor pertanian turun drastis. Hal ini dipicu oleh dominasi penelitian tentang transformasi tenaga kerja sektor pertanian menuju sektor non pertanian, baik di pedesaan dan terutama di perkotaan. Penelitian tentang aktivitas buruh di sektor pertanian diabaikan. Hal ini tidaklah aneh karena pada pertengahan masa Orde Baru, peluang kerja nonpertanian terbuka sangat lebar. Bahkan, peluang kerja itulah yang dipandang sebagai penyelamat persoalan ketenagakerjaan di pedesaan Jawa.
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.22146/jh.774
Article Metrics
Abstract views : 1308 | views : 2846Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2012 Pande Made Kutanegara
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.