Dari Hikayat Sahi Mardan ke Syeh Bagenda Mardan, Sebuah Transformasi: Penyimpangan atau Kewajaran?
Kun Zachrun Istanti(1*)
(1) 
(*) Corresponding Author
Abstract
Hasil kesusastraan lama Indonesia, sebelum agama Islam masuk ke kawasan Nesantara. sebagian besar bertemakan cerita Hindu. Setelah agama Islam masuk ke kawasan Nusantara, masuk pula perbendaharaan kata-kata Arab serta
bertambahlah perbendaharaan nama-nama makhluk halus, seperti: malaikat, setan, dan jin. Motif cerita Hindu masih dipakai untuk menyelamatkan cerita-cerita Hindu, tetapi unsur-unsur Islam memberikan corak baru pada kesusastraan Indonesia lama itu. Cerita yang semula banyak pengaruh Hindu lalu disisipi unsur-unsur Islam. 'Hero'nya diberi nama Islam dan Hindu. Hikayat-hikayat yang mempunyai ciri-ciri seperti itu digolongkan ke dalam sastra zaman peralihan dan Hindu ke Islam (Yock Fang, 1982:22-23). Contoh hikayat zaman peralihan itu adalah Hikayat Syahi Mardan (selanjutnya disingkat HSM), Hikayat Indraputra, dan Hikayat Si Miskin. Di antara kesusastraan yang telah dihasilkan dalam berbagai bahasa di Nusantara, khazanah sastra Melayu dan Jawa adalah terbesar. Keduanya telah saling mengambil manfaat, masing-masing mengintegrasikan dan mantransformasikan
unsur-unsur asing menjadi miliknya. Adaptasi dan Jawa ke Melayu dan sebaliknya dengan transformasi berdasarkan budaya yang berbeda, telah terjadi dalam berbagai cerita, di antaranya cerita Rama, cerita Amir Hamzah. Arus yang diikuti oleh sastra Hindu sebagian besar dari bahasa Jawa ke bahasa Melayu, sedangkan arus sastra Islam adalah sebaliknya atau merupakan perkembangan tersendiri.
bertambahlah perbendaharaan nama-nama makhluk halus, seperti: malaikat, setan, dan jin. Motif cerita Hindu masih dipakai untuk menyelamatkan cerita-cerita Hindu, tetapi unsur-unsur Islam memberikan corak baru pada kesusastraan Indonesia lama itu. Cerita yang semula banyak pengaruh Hindu lalu disisipi unsur-unsur Islam. 'Hero'nya diberi nama Islam dan Hindu. Hikayat-hikayat yang mempunyai ciri-ciri seperti itu digolongkan ke dalam sastra zaman peralihan dan Hindu ke Islam (Yock Fang, 1982:22-23). Contoh hikayat zaman peralihan itu adalah Hikayat Syahi Mardan (selanjutnya disingkat HSM), Hikayat Indraputra, dan Hikayat Si Miskin. Di antara kesusastraan yang telah dihasilkan dalam berbagai bahasa di Nusantara, khazanah sastra Melayu dan Jawa adalah terbesar. Keduanya telah saling mengambil manfaat, masing-masing mengintegrasikan dan mantransformasikan
unsur-unsur asing menjadi miliknya. Adaptasi dan Jawa ke Melayu dan sebaliknya dengan transformasi berdasarkan budaya yang berbeda, telah terjadi dalam berbagai cerita, di antaranya cerita Rama, cerita Amir Hamzah. Arus yang diikuti oleh sastra Hindu sebagian besar dari bahasa Jawa ke bahasa Melayu, sedangkan arus sastra Islam adalah sebaliknya atau merupakan perkembangan tersendiri.
Keywords
Hindu, hikayat, Islam, Sahi Mardan, sastra Indonesia, Syeh Bagenda Mardan
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.22146/jh.2047
Article Metrics
Abstract views : 5744 | views : 2313Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2013 Kun Zachrun Istanti
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.