Wayang Golek Menak sebagai Media Dakwah Islam
Kun Zachrun Istanti(1*)
(1) 
(*) Corresponding Author
Abstract
Salah satu makna kata "wayang" adalah bayangan angan-angan, yaitu menggambarkan nenek moyang dalam angan-angan. Oleh karena itu, dalam merciptakan segata bentuk wayang selalu dlsesuaikan dengan tingkah laku tokoh yang dibayangkan dalam angan-angan. Sebagai contoh, orang baik dgambarkan badannya lurus, mukanya tajam, sedangkan orang jahat digambarkan dengan bentuk mulut yang besar, muka lebar, dan sebagainya (Jasawi-dagdo dalam Zarkasi, 1977:21).Wayang golek dibentuk seperti manusia, dibuat dari kayu jaranan, kayu kemiri, dan kayu mentaos (Kuswaji. 1957:10). Wayang golek atau disebut wayang tengul biasanya menceritakan cerita Menak yang sejak dahulu jarang dipentaskan secara tuntas (menyeluruh) seperti halnya wayang purwa. Hal ltu terjadi karena terlalu banyak carangan cerita dengan dasar pola yang sama sehinggacenderung agak membosankan. Wayang golek itu serdiri tidak sepopuler ceritanya (dalam hal ini cerita Menak). Cerita Menak dianggap sebagai karya sastra yang terkenal sebab merupakan cerita kepahlawanan yang disela~selingi dengan adegan percintaan.
Keywords
dakwah, golek, Islam, media, menak, wayang
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.22146/jh.1946
Article Metrics
Abstract views : 3462 | views : 3873Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2013 Kun Zachrun Istanti
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.