DESENTRALISASI PENGUASAAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH KAWASAN HUTAN DI JAWA: ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN
Mr. Subadi(1*)
(1) 
(*) Corresponding Author
Abstract
After four decades, forest land management in Java has not served the people’s greatest benefit. Enforcement of decentralisation still faces difficulty due to the innumerable conflicting interests. Decentralisation my result to conflict of law, authority, and economic interest. Regional primordialism and euphoria of receiving significant increase of revenues may also occur.
Pengelolaan tanah kawasan hutan di Jawa, selama lebih dari 4 dasawarsa belum mampu mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Desentralisasi masih sulit diwujudkan, karena banyaknya tarikmenarik berbagai kepentingan. Desentralisasi akan berimplikasi pada konflik perundang-undangan, konflik kewenangan, konflik ekonomi, euforia peningkatan PAD, dan primordialisme kedaerahan.
Pengelolaan tanah kawasan hutan di Jawa, selama lebih dari 4 dasawarsa belum mampu mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Desentralisasi masih sulit diwujudkan, karena banyaknya tarikmenarik berbagai kepentingan. Desentralisasi akan berimplikasi pada konflik perundang-undangan, konflik kewenangan, konflik ekonomi, euforia peningkatan PAD, dan primordialisme kedaerahan.
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.22146/jmh.16205
Article Metrics
Abstract views : 1209 | views : 3283Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2011 Mr. Subadi
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.