Aplikasi Multi Hill Effect Untuk Mempermudah Analisis Geomorfologi Dalam Mengidentifikasi Sesar Aktif di Pidie Jaya

https://doi.org/10.22146/jfi.38654

Irwandi Irwandi(1*)

(1) Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Syiah Kuala
(*) Corresponding Author

Abstract


Sumatera memiliki dua sesar aktif utama yaitu Sunda Subduction Zone dan Great Sumatra Strike-slip fault. Namun gempabumi Pidie Jaya 7 Desember 2016 magnitudo 6.5 dan 102 korban jiwa tidak terjadi pada sesar aktif tersebut. Banyak sesar aktif yang masih luput dari pengamatan. Memetakan sesar aktif bukan pekerjaan yang mudah, ditambah lagi frekuensi gempa untuk sesar cabang relatif lebih kecil dibandingkan di sesar utama. Sehingga, penulis mencoba melakukan kajian geomorfologi dengan menganalisis hill effect dari data topografi digital dari sesar utama Sumatera hingga pantai Pidie Jaya.  Multi hill effect akan menghasilkan efek yang lebih baik sehingga lebih mudah mengidentifikasi sesar aktif. Semua proses menggunakan software Quantum GIS (QGIS) yang merupakan FOSS (Free Open Source Software). Rumitnya geomorfologi Aceh tentunya dengan hanya menggunakan metode tersebut belum mampu memberikan jawab yang memuaskan tentang teka-teki sesar aktif penyebab gempa Pidie Jaya. Namun metode tersebut dapat digunakan sebagai metode pendahuluan dan masih perlu digabungkan dengan informasi dari metode lainnya.


Keywords


Multi Hill Effect, sesar aktif, gempa Pidie Jaya

Full Text:

PDF


References

Irwandi, I., (2017). Advantages of Realistic Model Based on computational method: NDSHA versus Standard PSHA. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science (Vol. 56, No. 1, p. 012007). IOP Publishing. [2] Tim Revisi Peta Gempa (2010). Peta Hazard Gempa Indonesia 2010 Sebagai Acuan Dasar Perencanaan dan Perancangan Infrastruktur Tahan Gempa. Indonesia. [3] NASA JPL. (2009). ASTER Global Digital Elevation Model [Data set]. NASA JPL. https://doi.org/10.5067/aster/astgtm.002 [4] USGS (United Stated Geological Survey) (2016). Earthquake Hazard program. M 6.5-14km WNW of Reuleuet, Indonesia. https://earthquake.usgs.gov/earthquakes/eventpage/us10007ghm#moment-tensor. [5] Quantum GIS Development Team (2016). Quantum GIS Geographic Information System. Open Source Geospatial Foundation Project. http://qgis.osgeo.org [6] Neteler, M., Bowman, M.H., Landa, M. and Metz, M., 2012. GRASS GIS: A multi-purpose open source GIS. Environmental Modelling & Software, 31, pp.124-130. [7] Neteler, M., & Mitasova, H. (2013). Open source GIS: a GRASS GIS approach (Vol. 689). Springer Science & Business Media. [8] Burbank, Douglas W. and Robert S. Anderson (2012). Tectonic Geomorphology. A John Wiley & Sons, Ltd., Publication. [9] Bennett, J. D., DMcC Bridge, N. R. Cameron, A. Djunuddin, S. A. Ghazali, D. H. Jeffery, W. Kartawa et al. "Geologic map of the Banda Aceh quadrangle, Sumatra." Geol. Res. and Dev. Cent., Bandung, Indonesia (1981).



DOI: https://doi.org/10.22146/jfi.38654

Article Metrics

Abstract views : 1675 | views : 2017

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2017 Irwandi Irwandi

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

JFI Editorial Office

Departement of Physics, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Universitas Gadjah Mada

Sekip Utara PO BOX BLS 21, 55281, Yogyakarta, Indonesia

Email: jfi.mipa@ugm.ac.id

JFI is indexed by:


Creative Commons License
Jurnal Fisika Indonesia, its website and the articles published are licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License

Social media icon made by Freepik from www.flaticon.com

Social media icon made by Freepik from www.flaticon.com

web
analytics View My Stats