(1) Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian UGM (*) Corresponding Author
Abstract
Sambung nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) merupakan salah satu tanaman obat yang telah menjadi bahan baku industri farmasi yang permintaannya akan semakin meningkat seiring dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemanfaatan obat herbal. Penanaman di agroforestri dapat menjadi solusi atas keterbatasan lahan pertanian dan salah satu upaya untuk meningkatkan produksi sambung nyawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fase perkembangan agroforestri yang paling optimal bagi produksi sambung nyawa. Penelitian dilakukan di zona Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul dan disusun dalam rancangan over site faktor tunggal dengan tiga kali ulangan. Faktor tunggal berupa fase perkembangan agroforestri yaitu fase awal, fase tengah, dan fase lanjut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fase perkembangan agroforestri yang semakin lanjut akan meningkatkan kadar klorofil dalam daun, dan menurunkan ketebalan daun sambung nyawa umur 16 mspt. Kadar flavonoid pada daun sambung nyawa yang ditanam pada agroforestri fase awal, fase tengah, dan fase lanjut berturut-turut adalah: 1,42, 1,72, dan 1,18 %b/b. Produksi sambung nyawa dapat berlangsung secara optimal pada ketiga fase agroforestri.