PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN SKEMA HUTAN KEMASYARAKATAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Development of Forest Area Ecotourism with Community Forest Scheme in Daerah Istimewa Yogyakarta)
Indah Novita Dewi(1*), San Afri Awang(2), Wahyu Andayani(3), Priyono Suryanto(4)
(1) 1. Program Doktoral Studi Ilmu Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Jl. Agro No. 1 Bulaksumur, Yogyakarta, 55281 2. Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jl. Perintis Kemerdekaan KM 16,5 Sudiang Makassar 90243
(2) Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Jl. Agro No.1 Bulaksumur, Yogyakarta, 55281
(3) Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Jl. Agro No.1 Bulaksumur, Yogyakarta, 55281
(4) Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Jl. Agro No.1 Bulaksumur, Yogyakarta, 55281
(*) Corresponding Author
Abstract
Abstract
Pengembangan Hutan Kemasyarakatan (HKm) oleh pemerintah bertujuan untuk pemberdayaan dan peningkatan pendapatan masyarakat. HKm dapat dilaksanakan di area hutan produksi maupun hutan lindung. Petani HKm hutan lindung harus dapat mengembangkan potensi selain hasil kayu, salah satunya potensi wisata. Tulisan ini bertujuan untuk mengungkap peluang dan tantangan pengembangan ekowisata di kawasan HKm hutan lindung di Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian dilakukan tahun 2014 di kawasan HKm Kulon Progo maupun Gunungkidul. Data dikumpulkan melalui metode observasi dan wawancara. Data dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif. Peluang pengembangan ekowisata sangat besar karena areal HKm hutan lindung yang ada sudah memiliki potensi masing-masing. Di Gunungkidul, pengembangan ekowisata HKm dilakukan pada area Hutan Turunan/obyek wisata Watu Payung. Di Kulon Progo, pengembangan wisata di Kalibiru sudah menunjukkan hasil yang cukup baik dan ada beberapa embrio pengembangan ekowisata di lokasi Watu Gembel dan Puncak Dipowono. Seluruh obyek ekowisata tersebut mengandalkan potensi yang relatif hampir sama, yaitu pemandangan alam yang indah serta berbagai atraksi wisata lokal. Tantangan pada semua lokasi serupa, yaitu mencakup masalah finansial, infrastruktur dan kesiapan masyarakat setempat.
Abstrak
The development of community forests (HKm) by the government aimed to empower and increase the income of forest communities. HKm can be undertaken in production forest or protect forest. The protect forest HKm farmer should have to improve forest’s potential besides wood potential. One of it was tourism potential. This article aims to reveal the opportunities and challenges of tourism development in the area of protected forest HKm in Yogyakarta. The research was done in 2014 at HKm area in Kulon Progo and Gunungkidul. Data were collected by observation and interview. Data were analysed by qualitative descriptive method. The results showed that ecotourism development opportunities are very large because each area HKm existing protected forest already has the potential of each. In Gunung Kidul, ecotourism development conducted in the area of Turunan Forest/Watu Payung. In Kulon Progo, tourism development in Kalibiru has shown good results and there are some new development of ecotourism in Watu Gembel and Peak Dipowono. The whole object was rely on beautiful natural landscape and numerous tourism local attraction. Challenges at all locations, include financial problems, infrastructure and readiness of local communities.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Anonim, 2004. Operational Guideline for National Geoparks Seeking Unesco’s Assistance. Network of National Geoparks Seeking Unesco’s Assistance. Paris.
Anonim, 2014. Peraturan Menteri Kehutanan P.88/Menhut-II/2014 Hutan Kemasyarakatan. 7 Oktober 2014. Kementerian Kehutanan. Jakarta.
Auesriwong, A., Nilnoppakun, A. and Parawech, W., 2015. Integrative Participatory Community Based Ecotourism at Sangkhom District, Nong Khai Province, Thailand. Procedia Economics and Finance, 23(1): 778 – 782.
Awang, SA., 2003. Politik Kehutanan Masyarakat. Center for Critical Social Studies dan Kreasi Wacana. Yogyakarta.
Basuni, S., 2012. Kaidah Pengelolaan Hutan Lindung Lestari. Workshop Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Pengelolaan Hutan Lestari 11 September 2012. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Dewi, IN., Rizal AHB., dan Kusumedi, P., 2010. Implementasi Peraturan tentang Pengelolaan Hutan Lindung: Studi Kasus di Kabupaten Pangkep dan Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 7(3):195-209.
Fandeli, C., 2002. Perencanaan Kepariwisataan Alam. Penerbit Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Galudra, G., Buana, Y dan Khususiyah, N., 2010. Mau Melangkah ke Mana Pengelolaan Hutan Sesaot? Brief No. 09 Policy Analysis Unit. World Agroforestry Center. Bogor.
Ginoga, K., Lugina, M dan Djaenudin, D., 2005. Kajian Kebijakan Pengelolaan Hutan Lindung. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi, 2(2):203-231
Haryanto, JT., 2013. Implementasi Nilai-Nilai Budaya, Sosial, dan Lingkungan Pengembangan Desa Wisata di Provinsi Yogyakarta. Jurnal Kawistara, 3(1):1-11
Hasiholan, LB., 2015. Peran Enterpreneur Batik Semarang dalam Mengangkat Keunggulan Lokal Menyambut MEA 2015. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Kontemporer,1(1):42-54.
Kuuder, CJW., Bagson, E and Aalangdong, IO., 2013. Livelihood Enhancement through Ecotourism: A Case of Mognori Ecovillage near Mole National Park, Damongo, Ghana. International Journal of Business and Social Science, 4(4):128-137.
Lambert, VA., dan Lambert, CE., 2012. Editorial: Qualitative Descriptive Research: An Acceptable Design. Pacific Rim International Journal of Nursing Research, 16(4):255-256
Mangunjaya, FM., 2006. Hidup Harmonis Dengan Alam: Esai-esai Pembangunan Lingkungan, Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Manu, I dan Kuuder, CJW., 2012. Community-Based Ecotourism and Livelihood Enhancement in Sirigu, Ghana. International Journal of Humanities and Social Science, 2(18):97-108.
Mukhtar, Soemarno dan Hidayat, K., 2010. Pengelolaan Program Hutan Kemasyarakatan Berbasis Kearifan Lokal: Studi Kasus di Kawasan Hutan Lindung Sesaot Lombok Barat. Jurnal Wacana, 13(1):132-151.
Mulyadin, RM., Surati dan Ariawan, K., 2016. Kajian Hutan Kemasyarakatan sebagai Sumber Pendapatan: Kasus di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 13(1):13-23
Nicula, V. and Spanu, S., 2014. Ways of Promoting Cultural Ecotourism for Local Communities in Sibiu Area. Procedia Economics and Finance, 16 (1):474–479.
Rochmayanto, Y dan Sasmita, T., 2005. Peluang dan Hambatan Pengembangan HKm di Koto Panjang, Riau : Pendekatan Sosiologis. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 2(3):279-289.
Sanudin, Awang, SA., Sadono, R dan Purwanto, RH., 2016. Perkembangan Hutan Kemasyarakatan di Provinsi Lampung. Jurnal Manusia dan Lingkungan, 23(2):276-283
Satria, D., 2009. Strategi Pengembangan Ekowisata Berbasis Ekonomi Lokal dalam Rangka Program Pengentasan Kemiskinan di Wilayah Kabupaten Malang. Journal of Indonesian Applied Economics, 3(1):37-47.
Setyadi, IA., Hartoyo, Maulana, A dan Muntasib EKSH., 2012. Strategi Pengembangan Ekowisata di Taman Nasional Sebangau Kalimantan Tengah. Jurnal Manajemen dan Agribisnis, 9(1):1-12
Soekadri, 2000. Perilaku Masyarakat Pemukim Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Kulon Progo Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Majalah Geografi Indonesia, 14(1):1-12.
Sudarmadji dan Widyastuti, 2014. Dampak dan Kendala Wisata Waduk Sermo dari Aspek Lingkungan Hidup dan Risiko Bencana. Jurnal Teknosains, 3(2):142-157.
Wood, ME., 2002. Ecotourism: Principles, Practices & Policies For Sustainability. United Nations Environment Programme, The International Ecotourism Society, United Nations Publication. Paris.
Zunariyah, S., 2011. Pengembangan Institusi Pengelola Hutan Kemasyarakatan. Jurnal Sosiologi Dilema, 27(2):159-168.
DOI: https://doi.org/10.22146/jml.38566
Article Metrics
Abstract views : 13175 | views : 9015Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2018 Jurnal Manusia dan Lingkungan
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
JML Indexed by:
View My Stats